Ada Cara Unik dan Kreatif Akrabkan Anak dengan Buku Bacaan
Mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) tidaklah mudah. Karena faktanya, tidak sedikit taman bacaan masyarakat yang seakan "mati suri", berjalan monoton sehingga seperti "ada tapi tiada". Apalagi di tengah era milenial seperti sekarang, taman bacaan kalah ramai dibandingkan coffee shop atau tepat nongkrong kulineran. Lalu, siapa yang harus peduli terhadap eksistensi taman bacaan masyarakat?
Kita semua sepakat. Bahwa tradisi baca dan budaya literasi sangat penting. Tapi sayangnya, tidak banyak orang peduli bagaimana cara membuat taman bacaan tetap bisa "survive" di tenag gempuran era digital.
Ketahuilah, hanya ada 3 sebab taman bacaan punah; 1) buku ada pembaca tidak ada, 2) pembaca ada buku tidak ada, dan 3) komitmen pengelola TBM yang lemah, tidak fokus mengelola taman bacaan.
Maka hari ini, para pegiat literasi ditantang untuk punya "cara yang beda" dalam mengelola taman bacaan. Taman bacaan bukan hanya menjadi tempat membaca anak-anak atau masyarakat. Tapi harus mampu menjadi tempat yang menyenangkan dan "motor penggerak" aktivitas sosial dan kemasyarakatan di mana taman bacaan berada.
Berangkat dari spirit itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka menerapkan konsep "TBM-Edutainment" sebuah tata kelola taman bacaan masyarakat yang memadukan edukasi dan entertainment. Agar tetap bisa bertahan dan digemari anak-anak.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor, tepatnya di Kaki Gn. Salak Bogor, setidaknya menyajikan 21 (duapuluh satu) keunggulan sebagai taman bacaan, yang meliputi:
1. Senam literasi selalu dilakukan agar semangat membaca
2. Salam literasi sebagai motto anak-anak saat membaca
3. Doa literasi sebelum membaca buku
4. Membaca harus bersuara untuk melatih vocal dan konsentrasi