Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Mahasiswa Unindra Optimalkan Kompetensi Menulis Kreatif

Diperbarui: 30 Maret 2019   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Kompetensi menulis mahasiswa bisa jadi "jauh panggang dari api". 

Karena faktanya, tidak banyak mahasiswa yang memiliki kemampuan menulis. Apalagi menulis untuk sastra alias menulis kreatif. Maka sebagai sarana ekspresi, mahasiswa zaman now sangat penting memberi atensi khusus untuk memacu kompetensi menulis kreatif, yaitu menulis dengan cara yang beda.

Tidak terkecuali mahasiswa. Setiap orang pasti memiliki potensi kreatif. Potensi kreatif bukan soal seberapa kecil atau seberapa besar. Tapi persoalannya, hari ini banyak orang gagal menemukan atau mengenali daya kreatif yang dimilikinya. Kompetensi menulis kreatif, sebuah kemampuan untuk menuangkan ide dan gagasan secara tertulis yang beda dan menarik.

Menulis kreatif, bolehlah disebut sebagai menulis dengan cara yang beda. Karena kreatif itu adalah BEDA. Beda dari orang kebanyakan, beda dari hal-hal yang lazim. Tentu, beda dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti 1) perilaku yang tidak sama, 2) batin yang unik, 3) pikiran yang tidak lazim, atau 4) karya yang luar biasa.

Karena itu, menulis kreatif harus dilihat sebagai kompetensi. Bukan pelajaran atau teori semata. Sama sekali tidak bermakna belajar menulis di ruang kelas, bila pada akhirnya mahasiswa tidak mampu membuat tulisan. Berapa banyak orang pandai secara teori tapi gagal secara praktik. Berapa banyak orang pandai bicara tapi tidak mampu menulis. Itu artinya, mereka hanya "pandai" tapi "tidak kompeten".

Sekali lagi, menulis kreatif adalah kompetensi. Tak cukup hanya bakat, tak juga terbatas pada minat. Apalagi hanya bermodalkan kebiasaan. Menulis kreatif harus memadukan 6 aspek penting; mulai dari aspek pengetahuan, sikap, proses, keterampilan, hasil, dan profesi. Menulis kreatif sebagai kompetensi ada dan bisa terjadi pada setiap orang. Unsur penting menulis kreatif seperti: berpikir kritis, kepekaan emosi, bakat, dan daya imajinatif menjadi penting dipacu untuk memuluskan proses menulis kreatif.

Berangkat dari realitas itu, Universitas Indrprasta PGRI (Unindra) melalui mata kuliah Menulis Kreatif bertekad untuk mengoptimalkan kompetensi menulis kreatif. Karena kompetensi menulis kreatif hanya butuh sikap mental dan cara berpikir yang direfleksikan melalui kebiasaan dan tindakan. 

Karena untuk menjadi kompeten, kita harus mampu melaksanakan apa yang ingin dilakukan; mampu bertindak seperti yang diomongkan. Memanggil daya khayal ke depan untuk dituangkan ke dalam tulisan yang menarik. Entah itu puisi, cerpen, novel atau drama.

Dibimbing dosen pengampu, Syarifudin Yunus, mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia difokuskan bukan hanya memahami pembelajaran menulis kreatif. Tapi diwajibkan untuk berani menulis kreatif dalam bentuk cerita pendek (cerpen) bertemakan cinta dan politik. 

Dalam waktu 45 hari, mahasiswa dipacu untuk memanggil daya imajinatif untuk dituangkan ke dalam cerpen motivatif dan akan diterbitkan secara bersama-sama, termasuk dosen pengampu. Patut diingat, menulis kreatif adalah aktivitas yang harus dilakukan bukan dipelajari. Hal ini sekaligus untuk mengoptimalkan kompetensi menulis kreatif sebagai ciri utama mahasiswa Bahasa Indonesia di manapun.

"Melalui kuliah Menulis Kreatif, saya ajarkan apa dan bagaimana menulis yang menarik. Dan ujungnya, mahasiswa harus menulis cerpen sesuai daya kreatif yang dimilikinya. Ada banyak di sekitar mereka yang bisa ditulis.  Di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang, suka tidak suka, mahasiswa harus kompeten menulis" ujar Syarifudin Yunus di Kampus Unindra Gedong seusai mengajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline