Bu ibu, tahu gak?
Pekerjaan paling gampang itu ngomongin orang sambil merendahkannya. Tapi sedikit orang yang sudi "meninggikan" orang yang memang punya kelemahan. Hari ini, banyak orang menuntut sempurna di mata mereka. Tapi dia sendiri, melupakan kekurangannya.
Seperti politik. Mudah mengintip dan mencari kelemahan lawan. Tapi sulit menemukan kekuamrangnya sendiri.
Atas nama kebebasan berpendapat, kita menyangka boleh ngapain aja. Tapi di saat yang sama, kita lupa untuk menghormati martabat orang lain. Ibu harus ingat, cacian itu beda sama kritikan.
Ibu fokus aja belajar; baca dan tulis. Gak usah ikut-ikut urusan politik ya. Karena orang politik itu bisanya "cari kesalahan lawan". Tapi gagal "memperbaiki lemahnya pilihan".
Kadang kita suka lupa bu.Politik itu cuma sesaat, cuma jangka pendek. Kalo mereka udah berkuasa, kita juga tetap gak bisa ngapa-ngapain.
Jadi bu, jangan mengubah "surga" jadi "neraka" cuma karena kepentingan sesaat. Jangan rusak kebaikan yang susah payah dibangun. Hanya dengan kejelekan yang terlalu mudah dilontarkan ...
Ini hanya kisah perjuangan ibu-ibu yang masih dilanda "buta huruf" di tengah era digital, era supermodern. Mereka hanya bisa berjuang agar bebas dari buta huruf. Bukan berjuang untuk meraih kekuasaan, apalagi atas dasar keserakahan dan ketamakan.
GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA), sebuah gerakan sosial dan aksi nyata dalam membebaskan buta huruf di kalangan ibu-ibu dan warga di Kaki Gunung Salak Bogor. Kisah ibu buta guruf di tengah badai politik dunia maya.
Yuk bu, kita belajar lagi. B-a = Ba, c-a = ca. Baca ... Mari "baca" pakai hati bukan pakai emosi.
Lebih baik buta politik daripada buta huruf... #GeberBura #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H