Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

6 Hoaks Seputar Dana Pensiun

Diperbarui: 12 Januari 2019   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hoaks atau berita bohong, ternyata tidak hanya menyangkut isu politik.

Dana pensiun sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun pun bisa dirasuki hoaks. Sungguh menakutkan memang bila terjebak pada hoaks. Berita yang tidak benar tapi diyakini dan menyebar luas. Maka wajar, bila akhirnya makin banyak kecurigaan, ketidak-sukaan, bahkan kebencian terhadap isu yang dijadikan hoaks.

Sungguh, hoaks itu hanya terjadi karena omong banyak atas topik yang tidak dimengerti. Tanpa fakta dan data, hoaks terjadi hanya memanfaatkan rasa senang tentang hal-hal yang sebenarnya mustahil terjadi.

Kita sering lupa, ketika hoaks meluas. Maka yang akan "diserang" adalah rasa percaya, rasa hormat, dan sikap respek. Hingga hilangnya tujuan bersama, lupa terhadap maslahat utama sebagai sebuah bangsa, termasuk pentingnya dana pensiun.

Apa saja hoaks atau berita bohong di seputar dana pensiun?

Perlu disepakati, dana pensiun adalah sebuah program yang orientasinya untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Dana pensiun, tentu bermanfaat  untuk pekerja yang ingin hidup nyaman di hari tua di masa pensiun saat tidak bekerja lagi. Namun sayang, masih ada saja hoaks atau berita bohong di seputar dana pensiun, antara lain:

1. Bila sudah ikut BPJS Ketenagakerjaan tidak perlu punya Dana Pensiun. Siapapun dan pekerja harus paham, program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) dari BPJS TK merupakan program wajib untuk memenuhi kebutuhan dasar di masa pensiun. Sehingga hasilnya nanti, belum mampu memenuhi kebutuhan dan gaya hidup seorang pekerja. Bahkan diukur dari tingkat penghasilan pensiun (TPP), program wajib HJT dan JP hanya bisa memenuhi 30% dari 70%-80% dari gaji terakhir yang dibutuhkan seorang pensiunan. Oleh karena itu, dana pensiun sangat diperlukan untuk "memastikan" kecukupan dana di masa pensiun.

2. Hasil investasi dana pensiun rendah. Dikarenakan dana pensiun bersifat jangka panjang, hanya diambil manfaatnya saat pensiun, maka harusnya hasil investasi dana pensiun di atas dari program lain yang tidak bersifat jangka panjang. Besar kecilnya hasil investasi dana pensiun sangat bergantung pada pilihan investasinya. Karena itu, sebaiknya investasi dana pensiun ditempatkan pada pilihan investasi yang agresif (karena bersifat jangka panjang) agar hasilnya optimal, tentu dengan mempertimbangkan profil risiko investasi si peserta.

3. Dana pensiun bisa dibeli melalui asuransi. Persepsi ini tidak sepenuhnya benar. Karena asuransi bertujuan untuk proteksi, sementara dana pensiun memang program yang didedikasikan untuk kepenting masa pensiun. Oleh karena itu, membeli asuransi sama dengan membeli dana pensiun adalah salah. Hanya dana pensiun sebagai "kendaraan" yang paling pas untuk mempersiapkan ketersediaan dana yang dibutuhkan saat seseorang pensiun.

4. Dana pensiun biayanya mahal. Patut diingat, biaya itu bersifat sangat relatif.  Tapi di dana pensiun, biaya hanya diambil dari biaya administrasi pengelolan dan biaya hasil investasi. Dan biaya yang dipungut dalam program dana pensiun sama sekali tidak mengurangi iuran dana pensiun yang disetor.

5. Dana pensiun hanya dibeli bila perusahaan yang membeli. Idealnya, dana pensiun memang disediakan oleh perusahaan atau pemberi kerja. Namun bila, bila tempat bekerja kita tidak menyediakan program dana pensiun maka seorang pekerja tetap bisa memiliki program dana pensiun secara individual. Patut diingat, dana pensiun menyangkut pemahaman, kesadaran, dan ketersediaan dana yang ditabung untuk masa pensiun.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline