Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

"Perkelahian Batin" di Tahun Baru 2019

Diperbarui: 1 Januari 2019   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap tahun baru tiba, selalu ada yang berkelahi. Selalu ada yang dibikin berantem.

Siapa yang berkelahi? Ternyata, si rencana vs si prasangka. Sebutlah perkelahian batin ...

Tiap tahun baru, berapa banyak orang yang bikin rencana bikin resolusi. Tapi di saat yang sama dia tanamkan juga prasangka. Jadilah berkelahi, segudang rencana vs segudang prasangka. Punya banyak rencana tapi punya banyak prasangka. Apalagi diselimuti prasangka buruk, gimana bisa rencana baik bisa terealisasi?

Banyak rencana telah dibuat. Tapi banyak pula prasangka yang mencegahnya. Rencana belum dijalankan sementara prasangka sudah menumpuk. Kita sering lupa, gagal atau batal itu terjadi ketika rencana "kalah berani" dibandingkan prasangka.

Rencana itu "musuh besarnya" adalah prasangka.

Nelayan itu pasti gagal melaut bila berprasangka ombak bakal tinggi. Pilot pun batal terbang bila ketakutan pada cuaca buruk. Tentara mana pun pasti takut berperang bila prasangkanya lawannya lebih mahir. Maka wajar, musuh besar setiap rencana manusia adalah prasangka buruk manusia itu sendiri.

Bangsa ini pun begitu. Rencananya ingin punya dan memilih pemimpin terbaik. Tapi di saat yang sama, prasangka buruk pun dibenamkan kepada calon pemimpinnya. Rencananya baik tapi prasangkanya buruk. 

Jangankan negara, hidup bertetangga pun bawaannya mau "perang" melulu bila diisi dengan prasangka buruk. Ujaran kebencian, hujatan, caci-maki, bahkan hoaks itu hakikatnya hanya bisa dihadirkan oleh mereka yang berprasangka buruk. Pikirannya negatif tentang calon pemimpinnya. Apa sih susahnya, bila punya rencana dapat pemimpin baik, tinggal coblos pada saatnya nanti? Tanpa perlu prasangka buruk.

Manusia itu sering lupa. Allah SWT itu tidak pernah marah bila kita "tidak melanggar" ajarannya, tidak lalai atas hukum-Nya. Bahkan Allah itu lebih banyak memaafkan atas kesalahan yang diperbuat umat-Nya. Asal tidak mengulanginya. Maka jalankan, setiap rencana baik tanpa perlu berprasangka buruk.

Rencana versus prasangka ....

Segudang rencana belum dijalankan selalu dibarengin prasangka buruk. Manaruh curiga di atas segalanya. Takut ini takut itu, nanti begini nanti begitu. Pada diri sendiri penuh curiga, apalagi pada orang lain. Berprasangka orang lain tidak layak, tidak mampu hingga merasa terancam atas sebab yang tidak jelas. Kita hampir lupa, prasangka itu cuma segudang perasaan yang sifatnya hanya angan-angan. Merasa terancam oleh bahaya yang sebenarnya tidak ada. Sungguh, dibesarkan dalam prasangka hampir pasti dia tumbuh tidak percaya diri, merasa hancur lahir batin. Maka hidupnya, akan penuh pesimisme penuh prasangka penuh pikiran negatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline