Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Tekad Pria Paruh Baya Ajak Anak Gemar Baca di Kaki Gunung Salak

Diperbarui: 16 Desember 2018   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri


"Adalah fakta, tingkat pendidikan di sini 81% SD dan 9% SMP. Wilayah ini pun tidak jauh dari Ibukota Jakarta. Maka harus ada yang peduli untuk ikut memperbaiki keadaan masyarakat di sini" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di kaki Gn. Salak Bogor.

Tergerak ingin menekan angka putus sekolah di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor, Syarif begitu panggilannya, membuka taman bacaan masyarakat di rumahnya yang memang tidak ditinggali pada November 2017 lalu. Awalnya koleksi buku bacaan di TBM Lentera Pustaka hanya 900 buku tapi berkat donasi rekan-rekannya, kini koleksi buku sudah mencapai 3.000 yang siap dibaca oleh 60-an anak pembaca aktif yang rutin membaca seminggu 3 kali.

Melalui taman bacaan masyarakat, diharapkan anak-anak akrab dengan buku dan bertambah wawasannta. Sehingga pada akhirnya semangat untuk sekolah dan belajar menjadi kuat. Agar tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah di Desa Sukaluyu ini. Buku, dianggap pria 48 tahun yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Indraprasata PGRI ini, dapat mengubah cara pikir dan sikap anak-anak untuk tetap sekolah. Persoalan ekonomi yang mengungkung masyarakat harus "dilawan" dengan ikhtiar cara piker akan pentingnya sekolah dan masa depan.

"Saya hanya ingin mengubah cara pikri anak-anak melalui buku. Kegiatan mingguan TBM Lentera Pustaka saya arahkan agar anak-anak tetap bisa melajutkan sekolah. Jangan ada dari mereka yang putus sekolah di era yang supermodern ini" tambah Syarif.

Konsekuensinya, Syarif yang tengak menempuh kuliah S3 Manajemen Pendidikan di Universitas Pakuan Bogor ini, secara rutin setiap hari Minggu selalu berada di dekat anak-anak TBM Lentera Pustaka untuk menemani dan membimbing cara membaca buku. Menyediakan waktu khusus untuk TBM Lentera Pustaka yang didirikannya telah menjadi komitmennya. 

Di tengah kesibukan seperti apapun, pria yang gemar menulis ini, selalu berkomitmen untuk "menghidupkan" aktivitas di TBM Lentera Pustaka seperti: Laboratorium Baca tiap hari Minggu, event bulanan + jajan kampung bersama, memahami bacaan melalui teknik metaforma, dan menggelar kegiatan kreatif anak-anak TBM Lentera Pustaka melalui senam literasi.

"Mengelola taman bacaan masyarakat sama sekali tidak mudah. Harus ada yang dikorbankan dari urusan pribadi. Tapi sepenuhnya saya sadar. Banyak TBM gagal karena pengelolanya tidak komitmen. Karena itu saya harus hadir da nada bersama anak-anak yang membaca di sini tiap minggu. Sesibuk apapaun dan tantangan seberat apapun harus saya lawan untuk TBM ini. Karena inilah warisan saya yang bermanfaat buat masyarakat" kata Syarif bersemangat.

Alhasil kini, tiap Rabu sore, Jumat sore dan Minggu pagi, TBM Lentera Pustaka selalu diramaikan anak-anak yang rutin membaca buku. Anak-anak yang kegirangan karena akhisrnya bisa mendapat akses bacaan secara gratis. Mereka berkumpul sambil membaca buku di jam baca yang dibimbing 2 petugas baca dan dilengkafi fasilitas free wifi. #BacaBukanMaen, begitula motto yang diusung TBM Lentera Pustaka dalam menjalankan komitmen untuk membangun tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak yang tergolong prasejahtera ini.

TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor ini adalah taman bacaan masyarakat satu-satunya yang resmi di Kecamatan Tamansari Kab, Bogor. Membaca dijadikan kegiatan yang menyebangkan di TBM Lentera Pustaka. Karena anak-anak dapat membaca di sungai, di kebun, atau di jalan. Saat ini pun, TBM Lentera Pustaka tengah mengembangkan "Kawasan Zona Baca Hijau" di jalanan sekitar TBM melalui program tanaman 1.000 polybag, di samping menggagas "Wisata Literasi Lentera Pustaka" sebagai wisata alternative untuk anak-anak dengan melakukan perjalanan menyusuri sungai sambil membaca dengan spot-spot foto yang menarik.

"Di tengah gempuran era digital seperti gadget dan game online, saya bertekad terus hidupkan tradisi baca anak-anak usia sekolah yang ada di sini. Kita semua harus peduli pada masa depan anak-anak. Agar tidak tergilas zaman dan tidak boleh putus sekolah" tutur Syarif, alumni UNJ peraih UNJ Awarrd Tahun 2017 lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline