Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

TBM Lentera Pustaka Canangkan Berantas Buta Huruf

Diperbarui: 9 Desember 2018   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Gerakan Berantas Buta Huruf Dicanangkan TBM Lentera Pustaka

Minggu siang 9 Desember 2018, GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) dicanangkan TBM Lentera Pustaka. Kelas perdana program pemberantasan buta huruf ini diikuti 5 orang ibu-ibu yang tidak bisa baca dan tulis di RK 12 Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor. 

Adalah fakta, masih banyak warga, baik bapak amaupun ibu di wilayah ini yang masih tidak bisa membaca, bahkan tidak mengenal huruf sekalipun. Kondisi ini harus disikapi dengan program nyata dalam memberantas buta huruf. Agar jangan ada lagi warga yang masih tidak bisa baca di zaman nilenial yang katanya supermodern ini.

"Hati saya terpanggil untuk sediakan waktu dan mengajari para ibu dan bapak yang tidak bisa baca. Sedih, bila di zaman ini masih ada yang tidak bisa baca. Metode SOFTEN saya terapkan di sini. Insya Allha dalam 6 bulan mereka sudah bisa baca semua, bismillah" ujar Syarifudin Yunus, pencetus GEBERBURA yang sekaligus Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Kaki Gn. Salak Bogor.

Bertempat di TBM Lentera Pustaka, gerakan berantas buta aksara ini dilakukan seminggu 2 kali. Khusus pada hari Minggu, program baca-tulis dilakukan dengan mudah dan menyenangkan. Maklum, mengingat peserta adalah ibu dan bapak yang relatif sudah lama tidak belajar.

Pada kelas perdana, GEBERBURA mengajarkan pengenalan angka dan huruf vocal, termasuk pengucapan dan penulisannya. Memang tidak mudah, untuk mengajar orang yang berusia dewasa atau lanjut. Karena itu, bukan hanya komitemn untuk bisa memberantas buta huruf di mereka tapi butuh kesabaran dan ketekunan.

"Mereka belajar baca dengan lesehan dan penuh interaktif. Maju ke papan tulisa untuk membaca dan menuliskan kembali. Bahkan, sebagai peserta pertama dalam gerakan berantas buta huruf ini, saya memberikan hadiah beras untuk penyemangat. Semoga ibu bapak di wilayah ini, tidak malu-malu dan mau bergabung di GEBERBURA" tambah Syarifudin Yunus, yang kebetulan sebagai pendidik dan tengah menempuh S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.

Fakta, dari peserta yang hadir. Didapati 2 masalah fundamental yaitu 1) sama sekali tidak mengenal angka dan huruf dan 2) mengenal huruf yapi tidak bisa menggabungkan ke dalam susku kata dan kata. Itulah fakta buta huruf yang terjadi di wilayah ini.

Ke depan, diharapkan warga yang tidak bisa baca dan tulis, tanpa malu-malu, mau bergabung di program pemberantasan buta huruf yang baik dan terprogram ini. Termasuk GEBERBURA pun membuka peluang relawan untuk mengajarkan para ibu dan bapak yang tidak bisa baca.

"Program pemberantasa buta huruf ini butuh sinergi semua pihak, butuh kepedulian semua orang. Targetnya sederhana, jangan ada lagi warga di sekitar kita yang buta huruf, yang tidak bisa baca. Kasihan dan ayo berdayakan mereka" tambah Syarif.

GEBERBURA diinisiasi oleh TBM Lentera Pustaka, sebauh taman bacaan masyarakat yang telah berjalan dalam setahun ini dan mampu membina 60 anak pembaca aktf yang selalu membaca 3X dalam seminggu. Kini rata-rata tiap anak mampu "melahap" 5 sampai 8 buku per minggu. Untuk mewujudkan gairah membaca di kalangan anak-anak, TBM Lentera Pustaka saat ini memiliki koleksi 3.000 buku dan dikenal sebagai taman bacaan yang kreatif dan inovatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline