Apa itu DPLK? DPLK adalah Dana Pensiun Lembaga Keuangan, program sukarela yang dapat dipilih untuk mempersiapkan masa pensiun seseorang. Tentu, agar masa pensiun lebih sejahtera ketimbang saat masih bekerja.
Tapi sayang, pola pemasaran DPLK bolehlah disebut tidak banyak berubah. Dari dulu hingga sekarang, DPLK lebh dominan dipasarkan melalui "konsultan atau tenaga pemasar" yang menyasar korporasi alias pemberi kerja atau perusahaan. Maka wajar, tenaga pemasar DPLK lebih mengandalkan kepiawaian "door to door", dari perusahan ke perusahaan untuk menawarkan pentingnya program DPLK. Cukup efektif tapi mungkin saat ini patut ditinjau kembali, masih cocok atau tidak?
Karena faktanya, pekerja atau masyarakat Indonesia yang telah memiliki program pensiun hakikatnya tidak lebih dari 5% dari total pekerja, khususnya pekerja formal yang mencapai 50 juta pekerja. Itu belum termasuk pekerja informal yang mencapai 70 juta pekerja. Tapi di sisi lain, tidak ada yang menyangka. Bahwa program pensiun untuk siapapun pasti penting. Potensinya pun masih sangat besar. Tapi sayang, industri DPLK belum mampu tumbuh secara signifikan, baik dari segi asset yang dikelola dan kepesertaan. Mungkin, hingga tutup tahun 2018 ini diprediksi, asset kelolaan DPLK hanya menyentuh Rp. 81 trilyun dengan jumlah peserta mencapai 3,1 peserta. Aset kelolaan DPLK belum mencapai 1% dari PDB Indonesia, itu fakta.
Banyak orang Indonesia yang tidak tahu DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Maka jangankan mereka membeli DPLK, memahami manfaatnya saja belum tahu. Lalu bagaimana mungkin, orang yang belum tahu manfaatnya bakal membeli DPLK?
Itulah pentingnya edukasi, pentingnya sosialisasi DPLK. Tahapannya sederhana, buat orang yang "tidak tahu" menjadi "tahu" lalu bergeser menjadi "paham" hingga berujung ke "yakin", setelah itu baru terjadi "pembelian".
Berangkat dari realitas itulah, terobosan dalam melakukan pemasaran DPLK harus terus dikembangkan. Tidak hanya bertumpu pada 1 pola saja. Segala strategi dan cara pemasaran yang kreatif dan inovatif harus terus dikembangkan di industri DPLK. Door to door ke perusahaan hanya satu model dari sekian banyak model. Bahkan pemasaran door to door hanya cocok bagi DPLK yang memiliki jumlah tenaga pemasar atau konsultan yang banyak. Agak sulit dilakukan bagi DPLK dengan tenaga pemasar yang jumlahnya sedikit atau kecil.
Maka tantangan ke depan, sangat diperlukan inisiasi baru dalam pemasaran DPLK, di antaranya adalah:
1. DPLK retail atau individual; cara pemasaran DPLK secara retail atau individual ini berlaku untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang sadar akan pentingnya menyiapkan program pensiun. Layanan ini memang terkesan tidak menguntungkan atau tidak memberikan benefits. Tapi bila ada individu yang sadar ingin punya program DPLK, lantas harus ke mana?
2. DPLK online; cara pemasaran DPLK berbasis teknologi internet atau aplikasi baik untuk individual atau perusahaan/grup dalam skala kecil (misal untuk 3-10 pekerja). Kemudahan akses program DPLK melalui teknologi inilah yang harus mulai dikreasi. Agar konsumen menjadi mudah untuk mendapatkan akses kepesertaan DPLK.
3. DPLK gathering atau berkumpul bersama; cara pemasaran DPLK yang dilakukan melalui event yang dibuat untuk "mengumpulkan puluhan perusahaan/pemberi kerja" di suatu tempat pada waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar seluruh peserta gathering bisa memperoleh pemahaman yang sama tentang apa dan bagaimana DPLK serta manfaatnya. DPLK gathering ini terbukti efektif untuk meraih simpati konsumen karena bersifat edukatif, di samping dapat menjadi sarana bertukar-pikiran di antara peserta dalam merancang model yang paling pas sesuai kebutuhan dan kondisi perusahaan masing-masing.
Khusus untuk cara pemasaran melalui DPLK Gathering mungkin patut dicoba dan dibuat lebih semarak. Sekalipun membutuhkan biaya di depan untuk menggelar gathering, cara ini dapat memenuhi unsur proses pemasaran DPLK yang lebih komprehensif. Sehingga lebih memudahkan pemahaman perusahaan secara objektif. Bahkan dari sisi "kualifikasi prospek atau konsumen" pun lebih bisa diukur, dapat dilanjutkan atau tidak ke tahap berikutnya.