Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Reposisi Pemasaran dan Edukasi DPLK

Diperbarui: 14 September 2018   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Mengapa manfaat dan makna Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) kurang mendapat apresiasi dari masyarakat?

Bisa jadi salah satu sebabnya bukan hanya kurangnya edukasi akan pentingnya DPLK bagi masa pensiun seseorang. Tapi akibat kreativitas pemasaran yang dilakukan oleh pelaku DPLK terkesan "terlalu biasa-biasa saja". Konsekuensinya, perubahan yang begitu cepat dan dinamika pasar telah menggerus "nilai tambah" DPLK sebagai program pensiun kian menjauh dari minat dan positioning-nya di masyarakat.

Maka sebagai antisipasi, para pelaku DPLK merasa sangat perlu untuk mendeteksi perubahan target market dan menyederhanakan pesan akan pentingnya program DPLK kepada masyarakat. Agar manfaat DPLK bisa diserap dengan baik di benak konsumen.

Menyadari pentingnya konsolidasi sesama pelaku DPLK, Perkumpulan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) sebagai wadah yang menaungi pelaku DPLK di Indonesia menggelar Workshop "Repositioning Pemasaran dan Edukasi DPLK" pada 13-14 September 2018 di Cirebon yang dihadiri 43 peserta dari 18 DPLK. Workshop ini ditujukan untuk menyamakan persepsi terkait isu-isu pemasaran dan edukasi DPLK yang selama ini ada. Sekaligus antisipasi terhadap perubahan bisnis yang terjadi begitu cepat di era milenial, termasuk di tengah wacana Revolusi Industri 4.0.

Mengapa repositioning?

Ya, karena repositioning merupakan aktivitas sadar untuk mengevaluasi dan mengubah persepsi suatu merek atau produk seperti DPLK di benak konsumen. Bisa jadi, inisiatif pemasaran dan edukasi yang selama ini dilakukan di DPL perlu dipertajam. Dari "kurang mengena" ke aeah yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar.

Melalui workshop yang baru kali pertama digelar ini, seluruh pelaku DPLK di Indonesia bertekad kuat untuk menyamakan persepsi dalam mengoptimalkan program DPLK di mata masyarakat. Cara sederhana yang bisa ditempuh adalah mendekatkan "titik temu" antara realitas rasional dan emosional konsumen DPLK. Logika pentingnya program DPLK memang tidak dapat dibantah lagi. Tapi kini dibutuhkan sisi emosional untuk memengertikan konsumen. Katakanlah "logika DPLK hari ini perlu dibalut dengan emosi". Hal ini dilakukan agar program pensiun DPLK dapat "menyentuh hati" pekerja dan pemberi kerja. 

Dibuka oleh Nur Hasan Kurniawan (Wakil Ketua Perkumpulan DPL), workshop "pemasaran dan edukasi DPLK" menampilkan pembicara antara lain: Ari Setyono (Bumiputera Aset Manajemen) untuk Repositioning Pemasaran, Syarifudin Yunus (Humas PDPLK) untuk Repositioning Edukasi, dan Steven Tanner (Penasehat PDPLK) untuk Manfaat Pensiun Berkala.

"Workshop ini bisa jadi momentum bersama pelaku DPLK untuk menyamakan persepsi sebagai antisipasi terhadap dinamika pasar yang berubah. DPLK pasti dibutuhkan masyarakat. Tinggal kita secara bersama-sama perlu memperkuat konsolidasi untuk mencari cara yang pas dalam memasarkan dan edukasi masyarakat" ujar Nur Hasan Kurniawan, Wakil Ketua Perkumpulan DPLK dalam kata sambutannya.

crb1-5b9af8e843322f61537c6324.jpeg

Perlu diketahui, industri DPLK mengelola aset lebih dari Rp. 78 trilyun per Juni 2018 dan melayani lebih dari 2,9 juta pekerja. Sementara dengan potensi pasar yang belum terjamah mencapai 50 juta pekerja formal dan sekitar 60 juta generasi milenial, maka sangat diperlukan adanya terobosan baru dalam pemasaran dan edukasi DPLK.

Hal ini sekaligus sebagai implementasi dari program inklusi keuangan yang diarahkan OJK pada tahun 2018 ini bertajuk "Inklusi Keuangan untuk Semua". Maka DPLK pun harus mampu menjangkau untuk semua pekerja dan masyarakat yang mendambakan masa pensiun yang sejahtera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline