Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Asian Games Membantah Sikap Nyinyir kepada Bangsa Sendiri

Diperbarui: 28 Agustus 2018   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gilabola.com

Siapapun boleh tidak suka dengan pemimpinnya. Tapi akal sehat dan sikap objektif harus tetap ada. Torehan prestasi dan medali emas kontingen Indonesia Indonesia menjadi bukti dan membantah sikap nyinyir kepada bangsanya sendiri. Indonesia hebat.

Hingga semalam, 27 Agustus 2018, Kontingen Indonesia telah menorah 22 medali emas di ajang Asian Games ke-18. Sungguh, ini prestasi yang membanggakan. Sebagai tuan rumah, Indonesia ditargetkan meraih 16-20 medali emas, dan bisa berada di peringkat 10 besar Asia. 

Tapi faktanya, hingga semalam "target" itu sudah dibayar lunas sebelum Asian Games usai. Sekali lagi, ini prestasi yang luar biasa. Semua atlet dan bangsa Indonesia bekerja keras untuk berprestasi. Bahkan medali emas pun akan terus bertambah lagi... Indonesia hebat!

Bahkan sepanjang sejarah bangsa ini tampil di ajang Asian Games, sisa jadi, ini kali pertama Indonesia bisa menembus target yang ditetapkan. Kali pertama bisa meraih medali emas terbanyak sepanjang ikut serta di Asian Games. Bahkan kali pertama, menjadi tuan rumah dengan "opening ceremony" yang keren dan mendapat sanjungan dari berbagai Negara.

Asian Games ke-18 terbukti mampu mendongkrak dialektika "baru" narasi kebangsaan Indonesia, yang kini mendapat "tantangan berat" di tengah perhelatan pilpres dan pileg tahun 2019 nanti, di tengah tahun politik yang penuh "prasangka". 

Melalui olahraga dan Asian Games, seharusnya bangsa ini harus tetap mampu menjaga objektivitas. Selalu mengedepankan kepentingan bangsa, memberi apresiasi atas raihan prestasi yang ditorehkan di Asian Games ke-18. Bukan malah nyinyir, mencaci-maki dengan penuh prasangka buruk. Memangnya, siapa yang harus kita bela kalau bukan bangsa kita sendiri?

Memang tidak dapat dipungkiri. Apapun prestasi Indonesia di Asian Games kali ini, tetap akan diwarnai "dua bahasa". Yaitu, bahasa positif atau bahasa negatif. Semua itu tergantung pada siapa, dan apa cara pikirnya tentang bangsa ini?

Jika dilihat dari bahasa positif, maka akan keluar komentar "Luar biasa bangsa Indonesia. Kita gak hanya mampu menjadi tuan rumah dengan opening ceremony Asian Games yang keren. Tapi torehan medali emas yang melebih target adalah bukti prestasi Indonesia."

Tapi lain halnya dari bahasa negatif, komentarnya bernada "Pantaslah dapat medali emas, kan kita tuan rumah. Udah jadi tuan rumah, kok gak berprestasi. Uang Asian Games kan boleh ngutang. Openingnya juga cuma buat pencitraan. Apa kata dunia?"

Apapun komentar, memang sah-sah saja. Tapi penting untuk diketahui, prestasi olahraga atlet Indonesia di ajang Asian Games pun harus diapresiasi. Mereka berlatih dan berjuang keras untuk mengharumkan nama bangsanya di kawasan Asia. Terus bila masih dipandang buruk, apa salah mereka? Bukankah kita yang berdasar atas sentimen, sehingga terlalu pandai mencari kelemahan dan kesalahan bangsanya sendiri. Sungguh, tidak realistis.

Kita sangat boleh, menyangkal kerja keras bangsa ini dalam beberapa hal. Tapi di saat yang sama, kita pun harus mengakui capaian yang sudah ditempuh bangsa yang kita cintai. Bahkan khusus di Asian Games, prestasi yang sudah ditorehkan bangsa Indonesia adalah sebuah capaian yang luar biasa. Sangat luar biasa, terlepas dari suka atau tidak sukanya kita kepada pemimpinnya. Olahraga pasti objektif, lalu mengapa kita bertahan untuk tidak objektif?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline