Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Sentimen Bahasa Politik Kian Merajalela

Diperbarui: 25 Agustus 2018   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ketika kita berkomentar nadanya miring. Alias banyak negatifnya. Bisa jadi, itu karena sentimen. Basisnya, ketidak-sukaan, kadang kebencian. Tidak suka negaranya baik. Tidak senang pemimpinnya bekerja. Maka wajar, jika opening ceremony Asian Games yang segitu meriah dan megah pun masih mampu dicemooh, dinyinyirin. Kenapa? Karena sentimen. Sesederhana itu saja.

Sentimen, kadang sah-sah saja. Sentimen boleh saja. Apalagi di medsos. Boleh dibilang tiada hari tanpa sentimen. Sehingga merebak dan melimpah ruah, kata-kata atau kalimat yang penuh sentimen. Sentimen bahasa politik kian merajalela.

Kalau kata orang bahasa. Sentimen itu "pendapat yang didasari perasaan yang berlebih-lebihan". Kadang, bertentangan dengan pikiran. Jika ada orang yang tidak suka pada kita, itu bisa jadi karena sentimen. Akibat emosi yang berlebihan. Atau karena iri hati; alias gak senang. Bentuk reaksinya ya "sentimen". Atau kaum religius bilang "ghirah".

Kenapa sentimen? Tentu banyak sebab. Tapi survei membuktikan. Sentimen itu terjadi bisa disebabkan karena kita gak kenal orang yang di-sentimen-in. Atau karena beda pendapat, beda pilihan. Ego merasa paling benar, merasa tersaingin pun bias jadi sebab sentimen. Alhasil, orang-orang yang sentimen jadi lebih mudah "mengecap" orang lain lebih buruk dari dirinya. Bolehlah disimpulkan, orang sentimen biasanya terjadi pada orang yang gemar "mengintip" laju orang lain, doyan mencari kesalahan orang lain.

Lalu, apa untungnya mengumbar sentimen?

Sungguh, gak ada untungnya. Bertutur kata, berbahasa penuh sentimen hanya menimbulkan "kerugian". Rugi buat orangnya, rugi buat lingkungannya, bahkan bisa jadi rugi buat yang dibelanya.

Orang-orang yang sentimen kadang lupa.

Bahwa menjauhkan "bahaya" dan dampak buruk dari apa yang dikatakan itu lebih utama daripada memperjuangkan manfaatnya. Menolak terganggunya keharmonian dan persatuan sebagai bangsa itu lebih penting daripada memenangkan orang yang dibelanya. Ciamikk #TGS #SentimenBahasaPolitik    




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline