Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Hidup Patah Tanpa Pepatah

Diperbarui: 18 April 2019   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Hidup itu bisa patah tanpa pepatah...

"Belum berkuku hendak mencubit" begitu kata pepatah. Artinya kira-kira, belum apa-apa belum berkuasa sudah pandai cari-cari salahnya orang. Boleh juga sih diartikan, "belum apa-apa saja sudah pengen melukai". Apalagi kalo sudah jadi apa-apa ya?

Pepatah. Orang zaman now udah banyak yang gak peduli sama pepatah. Padahal isi pepatah itu nasehat, pesan-pesan baik. Buat apa? Ya tentu buat diambil hikmahnya, direnungi maknanya.

Pepatah bisa juga jadi peringatan. Agar manusia tidak terlalu "menuhankan" otak atau pikiran. Atau minimal, tidak selalu membenarkan perilakunya.

Zaman now. Banyak orang berpikir dan mendambakan hidup tenang dan harmoni. Tapi perilakunya malah menebar kebencian, saling mengumbar aib, menghakimi satu sama lain, menghujat lalu memvonis orang lain.

Pengen hidup lebih baik. Tapi sayang, gak sedikit orang gagal melepaskan diri dari pikiran keliru. Ngotot dan tekun dalam memperjuangkan pikiran yang gak sepenuhnya benar. Lalu bilang, orang lain salah dia sendiri yang benar.

Jika ada "perselingkuhan" pikiran baik dengan kebencian dan kemarahan di satu pembaringan. Itulah yang terjadi di zaman now. Belum juga pilpres dimulai, banyak yang udah cari strategi untuk saling mengalahkan, meruntuhkan. Begitu pilpres kelar, tidak bisa menerima kekalahan. Maunya menang sendiri.

Yah, mau gimana lagi. Namanya manusia. Emang udah kodratnya, manusia itu hidup di atas 2 azas; kalo gak naluri ya akal.

Naluri itulah yang bikin manusia berjuang mati-matian untuk merebut apa yang dikehendaki. Mereka bergerak demi nafsu, selera, keinginan, dan kepentingan pribadinya.

Akal itulah yang memberi kekuatan untuk mengatur cara-cara yang bisa ditempuh agar naluri, nafsu dan kepentingan pribadi bisa berlangsung mulus. Mereka bergerak untuk menghindar dari kekalahan, dari penghancuran yang tidak wajar. 

Apakah itu baik? Gak tau, baik tidaknya. Karena "kebaikan" di mata mereka HANYA objek nafsu dan selera semata; dan yang terpenting kepentingan mereka terpenuhi dan terhindar dari kematian yang mengerikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline