Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Amplop Merah Imlek, Jangan Salah Bersikap Akan Uang

Diperbarui: 17 Februari 2018   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan salah memperlakukan amplop merah atau uang.

Kultur doa memang lebih kuat daripada event-nya itu sendiri. Seperti dalam tradisi Imlek. Ucapan "Gong Xi Fa Cai", yang artinya "semoga sejahtera" lebih populer daripada ucapan selamat tahun baru-nya. Itu doa, dari dan untuk semua orang agar meraih kesejahteraan.

Menarik. Berarti peringatan hari besar itu seremoni. Tapi lebih penting implementasi nilai-nilainya. Manusia juga gitu. Tampilan fisik hanya "penampakan". Tapi jauh lebih substansi "isi hati dan amalnya". Memang benar,  "bungkus itu tidak lebih penting daripada isinya".

Saat Imlek, ada tradisi memberi ANGPAO, amplop merah. Mungkin, itu hanya simbol saja; simbol kepedulian simbol energi baik. Tentu, dari orang "mampu" ke yang "tidak mampu". Menarik untuk dicermati.

Amplop warna merah. Hanya simbol agar baik dan sejahtera. Semangat menuju kebaikan, keberuntungan.

Amplop merah hanya bungkus. Isinya tentu uang. Makanya amplop selalu dikonotasi dengan uang atau harta.

Banyak orang kerja untuk mencari uang. Bisnis untuk dapat harta. Berlelah-lelah, berangkat gelap pulang gelap. Tentu harapannya, dapat amplop, uang atau bertambah hartanya.

Cuma kita sering lupa. 

Uang atau harta pun hanya simbol. Alat untuk mencapai ridho-Nya. Amplop, uang atau harta berarti bukan tujuan. Tapi hanya alat untuk meraih ridho Allah. Maka, gak boleh salah menyikapi uang atau harta sekalipun. Karena gak dibawa mati, kata orang tua kita dulu.

Zaman now, makin banyak orang kurang pas memperlalukan uang atau harta. Manusia itu benda hidup. Uang atau harta itu benda mati. Makin ke mari, makin banyak "benda hidup" salah bersikap terhadap "benda mati". Yang hidup kok malah diperbudak yang mati.

Lha kok bisa ? Faktanya memang bisa. Bahkan mengerikan. Lihat saja para bupati atau politisi yang "terpenjara" akibat korupsi. Atau para artis yang "terjerat" narkoba. Mereka itu "orang hidup" yang salah memeprlakukan "benda mati".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline