Pernahkah kita menggigil?
Mungkin pernah. Tatkala kedinginan, sakit demam atau mungkin ketakutan. Pada umumnya, begitulah orang "menggigil". Apalagi zaman now, menggigil itu malah lazim terjadi. Pada orang-orang yang punya hutang, menggigil waktu ditagih. Pada orang-orang yang senang "mencuri" lalu mengambil hak orang lain pun menggigil. Bahkan pada mereka-mereka yang merasa "tidak ada apa-apa" dalam hidupnya padahal "ada apa-apa". Menggigil, lebih dari merinding ...
Menggigil juga, buat mereka yang sedikit merenungi keberadaan Nabi Muhammad SAW.
Gimana tidak? Saat beliau mau lahir, api yang disembah orang-oranng majusi dan tidak pernah padam ratusan tahun tiba-tiba padam, tidak menyala. Pohon-pohon kurma yang kering dan layu, seketika segar dan berbuah lebat. Bahkan mata air yang sudah lama kering, tiba-tiba memancarkan air yang deras lagi menyuburkan. Kelahiran beliau membuat seisi bumi menggigil.
Nabi sendiri menggigil saat menerima wahyu pertama di Gua Hira..
Ketika itu, ia sudah 3 tahun belakangan selalu berada di Gua Hira untuk berkhalwat-menyendiri dan tafakur-merenung. Tiba-tiba didatangi malaikat Jibril lalu diperintah untuk "membaca". Karena tak bisa baca, ia merasa takut yang sangat hebat hingga menggigil. Indah sekali, lalu Jibril pun memeluknya dan memberikan selimut. Hingga akhirnya, ia mampu membaca kalam Allah SWT untuk kali pertama.
Tidak hanya itu, kita pun pantas menggigil.
Ada banyak kisah jelang wafat beliau, menjelang ajal dan saat-saat terakhir Rasulullah SAW. Ia menyempatkan diri untuk berkujung ke makam Baqi di Madinah. Di tengah sakit kerasnya, ia tidak pernah merasa sakit, tidak pernah marah, bahkan tidak pernah mengeluh dalam hidupnya hingga menghembuskan nafas terakhir.
Lebih menggigil lagi, jelang kematiannya, Nabi Muhammad SAW, meminta Aisyah untuk menyedekahkan uang 7 dinar yang tersisa di kantongnya. Hingga tidak sepeser pun uang yang ada di dirinya saat wafat. Makin menggigil lagi, menjelang wafatnya ia bersedia menanggung betapa sakitnya "sakaratul maut" agar tidak ditimpakan kepada umatnya.
Sejak lahir hingga wafatnya, Rasulullah SAW selalu memikirkan keselamatan dan kebaikan untuk umatnya; selalu memberi syafaat kepada umatnya.
Maka Maulid Nabi, bukan soal boleh atau tidak. Bukan soal hari libur lalu menghibur diri. Tapi Maulid Nabi adalah pelajaran yang selalu memberi hikmah, momentum untuk introspeksi diri.