Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Buku Jurnalistik Terapan

Diperbarui: 2 September 2019   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Jurnalistik saat ini adalah industri. Daya serap tenaga kerjanya pun makin besar. Badan usaha penerbitan media berkembang pesat. Mulai dari media cetak (koran, tabloid, majalah), media elektornik (TV & Radio), dan media online makin tak terbendung. Penyajian berita makin kaya dan bervariasi. Gaya hidup makin meningkat akibat trend yang dibentuk media massa. Mengapa kita tidak mendalami jurnalistik?

 

Jurnalistik adalah keterampilan dan profesi. Jurnalistik tidak hanya mengharuskan pengetahuan yang cukup untuk memahaminya, tetapi juga harus dilatih dan digeluti layaknya para wartawan bekerja. Sikap untuk selalu mempertanyakan, piawai dalam wawancara, taktis dalam melakukan liputan, dan mampu menulis berita menjadi bukti jurnalistik sebagai keterampilan. 

Sungguh jurnalistik butuh keterampilan. Belajar jurnalistik tak hanya kompleks, tapi butuh latihan agar menjadi terampil. Terampil dalam jurnalistik pun tidak harus menjadikan seseorang berkecimpung dan terjun ke dunia jurnalistik. Terampil wawancara dapat menjadikan kita sebagai pembicara yang ulung. Terampil menulis dapat menjadikan kita sebagai penulis yang produktif dan mendapatkan income. Itulah makna jurnalistik sebagai keterampilan.

Di sisi lain, jurnalistik juga menjadi profesi. Industri jurnalistik menjanjikan lapangan kerja dan pilihan profesi. Wartawan merupakan profesi, desainer juga profesi, dan bahkan agen media cetak maupun iklan pun suatu pilihan profesi. Kini, profesi wartawan dikenal masyarakat sebagai profesi yang "berkelas" karena mampu menimbulkan "keseganan" di mata masyarakat. Setidaknya puluhan ribu orang saat ini secara langsung menekuni profesi di bidang jurnalistik. Apalagi yang tidak langsung, seperti mereka yang bekerja di periklanan, penerbitan, inhouse megazines. Bekerja di industri jurnalistik mulai dapat diandalkan untuk hisup.  Tidak sedikit wartawan profesional yang mampu mencapai karier dan penghasilan "di atas rata-rata".

Bahkan maraknya media massa telah menimbulkan "angin" bajak-membajak wartawan di antara media yang satu dengan yang lainnya. Lihat saja perpindahan wartawan senior A dari satu media cetak ke media cetak lain atau wartawan TV A pindah ke TV B. Kondisi ini mempertegas bahwa jurnalistik adalah suatu pilihan profesi bagi siapapun yang berminat.

Apapun pilihannya, ingin terampil di jurnalistik maupun memiliki profesi bidang jurnalistik sama baiknya. Karena keterampilan atau profesi di bidang jurnalistik bersifat produktif. Produktif dalam berpikir, produktif dalam menulis, bahkan produktif dalam meraih penghasilan. Namun patut diketahui, jurnalistik sebagai keterampilan maupun profesi bukanlah aktivitas yang bersifat instan atau langsung jadi. 

Tugas jurnalistik sangat berat dan menantang. Untuk dapat terampil dan menekuni profesi jurnalistik membutuhkan proses belajar dan latihan yang memadai. Keterampilan dan profesi jurnalistik diperoleh dari proses yang berkelanjutan, yang dibekali pengetahuan cukup dan praktik yang mahir.

Lalu, bagaimana kita mengambil posisi di tengah perkembangan jurnalistik yang ada sekarang ? Setidaknya ada tiga argumen yang patut dikemukakan untuk mengambil posisi di industri jurnalistik era milenium global saat ini, yaitu:

1. Jurnalistik harus dipandang sebagai suatu keterampilan yang perlu dikuasai sebagai alternatif profesi atau pilihan kerja. Jika tidak pun, keterampilan jurnalistik tetap bersifat produktif sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang kerja lainnya sebagai nilai tambah.

2. Jurnalistik telah berkembang pesat dan menjadi industri atau bisnis-komersial. Kita perlu ikut ambil bagian dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas jurnalistik yang ada dan terus berlangsung. Euforia dan kebebasan jurnalistik yang sudah ada sekarang perlu dikawal secara lebih bertanggung jawab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline