Menjadikan anak-anak gemar membaca buku, tentu tidak mudah tidak sederhana. Apalagi di tengah kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Atau di tengah godaan tontonan televisi dan gadget yang melanda banyak anak-anak.
Maka, anak-anak yang gemar membaca buku adalah kebiasaan langka. Anak-anak yang punya budaya literasi memang butuh kepedulian banyak pihak, di samping kesabaran dan keteguhan untuk memperjuangkan anak-anak "dekat" dengan buku.
Spirit dan niat baik itulah yang diubah Syarifudin Yunus untuk mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor. Melalui TBM ini, ia bertekad dapat mengubah cara pandang anak-anak melalui buku bacaan. Di samping berharap, dapat terbentuk tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak yang tergolong keluarga miskin. Bahkan lebih dari itu, anak-anak TBM Lentera Pustaka diharapkan mampu menjadi model dalam peradaban anak masa kini, untuk selalu 1) berdoa sebelum membaca, 2) mengucap salam saat datang dan pulang, 3) antre dalam hal apapun, dan 4) cium tangan.
"Karakter anak-anak harus dimulai dari lingkungan yang sadar akan pentingnya membaca buku serta tegaknya peradaban yang santun di diri anak-anak, di samping peran dan contoh perilaku dari orang tua" ujar Syarifudin Yunus.
Di samping alokasi waktu membaca secara rutin, anak-anak TBM Lentera Pustaka akan lebih dikenalkan untuk "membaca buku sambil bermain" di sungai, di kebun, di jalan, dan di gunung yang menjadi aset kekayaan alam Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor. Membaca di alam, akan menjadi kegiatan utama sekitar 300-an anak yang menjadi anggota TBM Lentera Pustaka.
Memang tidak mudah. Namun tidak ada kata tidak bisa untuk memberdayakan pengetahuan dan wawasan anak-anak di era sekarang. Karena masa depan mereka ada di tangan mereka dengan bantuan orang-orang dewasa yang peduli dan mau berbuat untuk anak-anak.
TBM Lentera Pustaka sangat memahami akan ada banyak kendala dan tantangan untuk mewujudkan anak-anak yang gemar membaca lagi memiliki budaya literasi yang baik. Oleh karena itu, semangat menyebarkan virus membaca kepada anak-anak di tengah godaan ekonomi dan era digital harus tetap menyala.
"Memang sulit, tapi kita butuh sabar dan tekun untuk tetap bersama anak-anak dalam membangun kebiasaan membaca" tambah Syarifudin Yunus.
Namun dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada dan nilai kearifan lokal, TBM Lentera Pustaka yakin akan dapat mewujudkan impiannya.
Masa depan bangsa Indonesia tentu ada di tangan anak-anak usia sekolah hari ini. Tapi kesempatan dan tantangan tidak ada artinya bila anak-anak masih "jauh" dari buku. Maka sekarang, anak-anak harus lebih banyak membaca daripada bermain.
Oleh karena itu, TBM Lentera Pustaka akan terus mengkampanyekan akan pentingnya membaca bagi anak-anak daripada bermain, daripada ke mal, atau menonton TV dan main gadget.