Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Butuh Sikap Santun dan Peduli terhadap Bahasa Indonesia

Diperbarui: 4 September 2017   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Hari-hari ini makin banyak saja pemakai bahasa yang tidak peduli Bahasa Indonesia. Fenomena maraknya ujaran kebencian hingga bertebarannya teks-teks bahasa yang mencemarkan nama baik, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tegaskan pentingnya sikap peduli terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Gunakanlah bahasa Indonesia dengan santun dan bermartabat.

Melalui acara "Kuliah Perdana dan Talkshow Alumni" mahasiswa baru Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ tahun 2017,masyarakat dihimbau untuk tidak sembarang berkata-kata yang dapat mengggangu kehidupan berbangsa. Untuk itu, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia UNJ akan mengambil posisi terdepan dalam mengkampanyekan sikap peduli terhadap bahasa Indonesia. Acara yang dibuka oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, Dr. Liliana Muliastuti ini dihadiri 200 mahasiswa dan menghadirkan pembicara dari alumni UNJ pada Senin, 4 September 2017 di Kampus UNJ Rawamangun. Ikut hadir pula para Wakil Dekan FBS UNJ dan para dosen.

Tampil sebagai pembicara dalam kuliah perdana ini, antara lain: Syarifudin Yunus, M.Pd, (Dosen dan Ketua IKA BINDO UNJ), Dr. Ima Rohima, M.Pd. (Widyaiswara BPSDM Pemprov DKI Jakarta), dan Waridin, M.Hum (Wakasek SMAN 8 Jakarta) yang dipandu oleh Lia Marliana, M.Phil (Kaprodi Pendidikan Bahasa Indonesia FBS UNJ).

Kuliah Perdana dan Talkshow Alumni ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan pencerahan tentang cara belajar, ikhtiar yang perlu dilakukan serta prospek pekerjaan bagi mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bagi mahasiswa, Bahasa dan Sastra Indonesia bukan hanya ilmu yang dipelajari tapi juga "jalan hidup". Oleh karena itu, sangat diperlukan sikap bangga sebagai pembelajar Bahasa Indonesia, di samping harus mampu berbahasa Indonesia sehingga dapat menjadi model dalam berbahasa.

Dengan begitu, bahasa dapat menjadi pembentuk kepribadian dan karakter pemakai bahasanya. Maka sudah sepatutnya perilaku berbahasa tidak boleh sembarangan. Berbahasa itu harus baik karena sesuai tempatnya, berbahasa pun harus benar karena pas maknanya. Jika berbahasa ada yang tersinggung, maka keterampilan berbahasa kita ada masalah.

"Fenomena maraknya ujaran berbahasa yang negatif seperti ujaran kebencian dan kasus pencemaran nama baik menjadi bukti masyarakat kurang peduli terhadap Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa UNJ harus menjadi model dalam berbahasa yang santun, baik lagi benar" ujar Syarifudin Yunus, Ketua IKA BINDO UNJ yang sekaligus Dosen Unindra.

Menyadari pentingnya peran bahasa Indonesia, UNJ bertekad untuk melakukan kajian teks tentang ujaran kebencian secara lebih objektif. Hal ini agar dapat dipahami oleh masyarakat tentang apa dan bagaimana ujaran kebencian terjadi serta dampak buruknya terhadap ilmu bahasa Indonesia. Apapun teks-nya, perilaku berbahasa harus santun dan mencerdaskan.

"Ke depan, kami akan fokus terhadap kajian bahasa yang beredar di masyarakat. Hal ini penting untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa, di samping bahasa persatuan sekalipun di tengah keberagaman dan perbedaan" ujar Lia Marliana, Kaprodi Pendidikan Bahasa Indonesia FBS UNJ di sela acara.

IKA BINDO UNJ sebagai organisasi alumni pendidikan bahasa Indonesia UNJ selama ini telah mendeteksi maraknya ujaran dan pertuturan bahasa di media sosial yang sudah salah kaprah, bahkan cenderung menyesatkan. Bahasa seringkali menjadi ekspresi kegelisahan dan kegundahan semata. Maka ke depan, masyarakat pemakai bahasa harus lebih peduli dan berhati-hati dalam berbahasa, apalagi di media sosial.

"Hari ini dan mungkin di masa ramai politik seperti sekarang, kita semua butuh gerakan sosial untuk menjadikan medsos sebagai sarana kesantunan berbahasa, bukan sarkasme atau ujaran kebencian" tambah Syarifudin Yunus.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline