Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Puisi Hanya Diam

Diperbarui: 17 Mei 2017   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang, dan memang kadang-kadang
Kita hanya perlu DIAM
Ketika ingin berceloteh, beregur, bernasehat, bereaksi, hingga bersetuju...
Apapun itu, tentang apapun itu dan siapapun kita.

Maka biarlah kita DIAM sekarang
Agar mereka tahu artinya, paham maknanya, maklum maksudnya, hingga terima tujuannya...

Karena DIAM hingga kapanpun, akan tetap DIAM
Walau bisa disalah tafsir, disilap terjemah, diduga berkelompot, hingga nyata tak berarti apa-apa...

Maka bertemanlah pada DIAM...
Jika merasakan itu yang terbaik, menjadikan itu lebih baik, hingga membuat mereka itu tetap baik. Seharusnya kita DIAM.
Diam diam dan lagi -lagi diam


Lalu tunggu saat kita berkata sehingga mereka DIAM, lalu termangu dalam DIAM.

Bungkam mulutmu, bungkam celotehmu. Semua diam ...

Karena DIAM
Adalah teman yang takkan pernah mengkhianati....... @DiamNanCiamikk




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline