Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Elo Gak Perlu Mengejar Kemenangan

Diperbarui: 17 Desember 2016   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Si Kuple tepuk tangan saat TimNas Indonesia kalah dari Thailand 2-0. Indo gagal juara AFF 2016.

Kecewa kalah silakan. Frustasi gak juara silakan. Gak masalah, kalah menang itu lazim. Sangat lazim dan boleh dibilang biasa. Apalagi buat mereka yang merindu kemenangan. Apalagi buat mereka yang gak pernah juara, jarang menang. Sungguh sangat wajar.

Asal jangan lupa, bola itu bundar. Dan Hidup itu misteri.

Maka gak perlu mengejar kemenangan. Gak perlu memburu piala atau tropi. Karena nanti, kita malah lupa “hakikat” sebuah pertandingan. Tanding bola, tanding kehidupan juga sama. Justru yang terpenting bukanlah kemenangan. Tapi bagaimana “bertanding dengan baik”. Itu saja sudah cukup. Kita sudah disuguhi tontonan bola, tayangan kehidupan malam ini saja itu sudah cukup. Patut disyukuri….

Gak perlu mengejar kemenangan.

Karena kemenangan, hakikatnya hanya penggalan episode kehidupan. Kemarin menang, sekarang kalah. Atau sebaliknya, sungguh itu cuma episode kehidupan. Semuanya, sunatullah. Sudah dipergilirkan Allah untuk mereka, untuk kita. Dari satu episode ke episode yang lain. Gak usah sedih kalo kalah, gak usah bangga kalo menang. Biasa saja ….. Yukk, silakan diteguk kopi hitamnya, monggo.

“Gak perlu mengejar kemenangan” kata Si Kuple lagi.

Toh yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang, begitu kata pepatah. Jadi, gak semua urusan harus diukur menang-kalah. Sepakbola itu untuk dinikmati pertandingannya. Bukan pengen menang hasilnya. Apalagi pengen menang melulu. Pasti gak bisalah, karena semuanya yang atur itu Allah.

Tanding Sepakbola, tanding Pilkada. Atau permainan Hidup.

Semua itu sama saja. Gak perlu mengejar kemenangan. Tapi yang penting, bisa bermain dengan cantik, bertanding dengan indah. Gak semua urusan kok harus diukur dari menang-kalah. Asal mampu bermain dengan bagus, bertanding dengan penuh tanggung jawab, lalu mamppu menyikapi realitas itu sudah lebih dari cukup.

Lha terus, kenapa harus sikut-sikutan? Kenapa harus pengen saling mengalahkan?

Kan cuma main bola. Kan cuma pilkada. Kan cuma hidup yang sementara. Masa cuma karena ambisi mengejar kemenangan, harus menghalalkan segala cara. Gak bener itu. Gak usahlah menghasut, memprovokasi. Atau bahkan menuduh yang tidak benar. Gak boleh itu, dan gak bener begitu. Gak ada untungnya, bahkan banyak ruginya malah. Jadi, gak usah mengejar kemenangan. Karena semua sudah sunatullah kok.

Pernah tahu kisah “Perang Bubat” gak? Itu lho pelajaran Sejarah…

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline