Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Panggil Aku Ayah; Bukan Pahlawan Keluarga

Diperbarui: 12 November 2016   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggil aku, Ayah. Ayah dari 3 orang anak yang menyenangkan hati. Banyak orang bilang, aku ayah yang tidak ganteng. Tidak masalah. Banyak yang bilang aku ayah yang jelek. Lagi-lagi, tidak mengapa. Karena sebagai ayah, aku tidak peduli dengan pendapat orang. 

Buatku, ayah itu, arti dan makna bagi anak-anaknya?

Satu yang pasti, hingga saat ini, aku tidak pernah memikirkan kenapa aku dipanggil ayah? Bahkan aku juga tidak tahu hubungan namaku dengan panggilan ayah? Sebagai Ayah, akupun bukan antonim dari Ibu … 

Panggil Aku Ayah, bukan untuk dijuluki “pahlawan keluarga”, bukan pula pendamping bagi para “pahlawan emansipasi” seperti di negeri sebelah.

Pernah suatu kali, seseorang bertanya,“Kenapa sih kamu harus dipanggil Ayah?

Aku jawab sederhana. Panggilan AYAH itu sebuah harapan. Harapan untuk menjadi lelaki yang baik. Harapan untuk menjadi bapak dari anak-anakyang patut diteladani. Harapan untuk menjadi pendamping seorang istri yang apa adanya. Ayah, yang tak mau tergerus oleh gemerlap kota. Tak mau terbelenggu gaya hidup semu. Tak mau mengurusi orang lain. Tak mau berkeluh kesah,tak mau berpikir negatif. AYAH yang HANYA ingin melakukan yang terbaik, mengerjakan yang harus dikerjakan. AYAH yang PEJUANG…

[caption caption="Panggil Aku Ayah"][/caption]

Panggil aku AYAH. 

Sebutan yang orang tuaku patut bangga menyematkan nama di diriku dulu saat dilahirkan. Lelaki yang selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Lelaki yang sabar menjalani cobaan. Lelaki ikhlas yang menerima setiap penggalan kehidupan.Dan lelaki yang tawakal dalam segala keadaan. Maka panggil aku AYAH, Seperti senja yang tak pernah berduka walau menunggu waktu untuk tenggelam. 

Panggil aku AYAH.

Lelaki sederhana yang tahunya berjuang unntuk keluarganya, untuk sesama.Dari dulu hingga kini, istiqomah. Aku, ayah yang ing tetap bertahan menjadi sosok yangsederhana, pekerja keras, bertanggung jawab, pintar. Dan yang terpenting, aku selalu tampil apa adanya. Seperti senja, yang lebih terbiasa memberi, dan tak pernah meminta tolong walau ia hendak tenggelam sekalipun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline