Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Introspeksi diri; Sedikit Menghakimi Banyak Menghargai

Diperbarui: 12 Oktober 2017   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahu gak pekerjaan paling mudah?  

Gampang banget. Menghakimi mrang lain; menilai keburukan orang lain. Menghitung cacat dan borok orang lain. Gampang kan? Kalo urusan gitu sih, banyak orang bepredikat “cum laude alias sempurna”. Ibarat kata, kalo disuruh ngulitin orang kalo bisa gak bakal ada yang ketinggal sedikitpun. Keren.

 Ya mau diapain lagi. Emang begitu kebanyakan orang sekarang. Konon, sebagian orang meyakini "menghitung cacat orang lain" udah dianggap perbuatan yang menyenangkan; menggairahkan. Udah kayak sayur tanpa garam, katanya.

Adrenalinnya mendadak bangkit kalau urusan “ngomongin” orang, bikin ketagihan. Apalagi terhadap orang yang tidak disukai. Udah paling juara, kadang sampe lupa kalo punya agama.

Kenapa sih bisa sampe gitu? Lha gak tahu. Tanya aja sama orangnya langsung....

 

Orang itu kalo udah rajin menghakimi orang lain, pasti lupa menghargai orang lain pula. Bawaannya cuma bisa ngulitin aja. Suka kasihan sama orang miskin, bukannya dibantu malah dibilang "salah sendiri kenapa miskin?"... Busyett dah.

 

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Jawabnya sederhan, banyak-banyak aja INTROSPEKSI DIRI. Menghitung diri sendiri sebelum menilai orang lain. Tunjuk diri sendiri sebelum menunjuk orang lain. Introspekso diri, boleh jadi itulah akhlak yang  udah sering dilupakan manusia.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline