Lihat ke Halaman Asli

Membahas Sekitar Golput

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih segar dalam ingatan saya pada suatu-waktu, saya pernah di tanya oleh seorang teman, tentang golput . sebut lah disini nama nya, ABS

ABS: Mas Syarief . . ., dalam beberapa pemilu, saya lihat sampeyan tidak datang ke TPS. Betulkah kata orang-orang sampeyan golput . . .?

SBA: Benar pak, memang saya memilih golput.

ABS: Sebagai warga Negara yang baik; Sebenarnya golput itu rugi. Karena tidak bisa ikut menyampaikan aspirasi nya dalam pembanngunan bangsa ke depan.

SBA: Kalau masalah warga Negara yang baik; Saya rasa tergantung dari sisi mana memandang nya. biar aktif memilih atau di pilih, kalau kerja nya judi, zina, korupsi atau menjadi preman menurut saya; Tetap warga Negara yang tidak baik. Sebalik nya, biar golput kalau tetap aktif dalam kebaikan dan menjunjung tiggi norma Agama, saya rasa tetap di nilai sebagai warg Negara yang baik. Tapi saya tidak memaksa orang lain untuk menilai saya sebagai warga Negara yang baik lho. Itu terserah mereka. Terus mengenai rugi nya golput, saya rasa juga tidak ada rugi nya. karena selama ini orang yang aktif memilih juga tidak punya aspirasi atau ide apa-apa. Cuma takut atau malu sama tetangga saja. Mereka berbondong-bondong ke TPS. Biar di bilang warga Negara yang baik.

ABS: ini saran saja ya mas Syarief . . .sampeyan kan saya anggap teman. Sebaik nya golput ya golput. Tapi tetap datang lah ke TPS. Kan banyak cara untuk golput. Tapi jangan terang-terangan.

SBA: He he he terimakasih atas saran nya ya pak. Tetapi memang sudah watak saya seperti itu. Suka terus terang. Karena ada pepatah mengatakan; Tidak ada rahasia yang tidak di ketahui. Dan tidak ada barang tertutup yang tidak di buka. Jadi untuk apa golput saja kok sembunyi-sembunyi. . .?

ABS: Tapi kita berfikir kan harus memakai logika dan rasio. Dalam kenyataan nya Negara kita kan Negara demokrasi. Dan kita tidak bisa hidup dengan prinsip pribadi seperti itu. Itu sama saja dengan orang goblok yang gendeng.

SBA: He he he masa begitu . . .? perbedaan pendapat itu hikmah. Saya golput juga karena logika dan punya rasio yang jelas. Memang Negara kita Negara demokrasi. Tapi yang saya harap bukan Negara politik. Sedang kan pilih memilih DPR, Presiden, Gubernur, Wali kota, Bupati dan apalah nama nya itukan pekerjaan Politik.

ABS: {Beliau dengan cepat menyela} Tapi demokrasi dan politik kan sama. . .!!!

SBA: Mungkin kebanyakan orang menilai begitu. Tapi tidak begitu dengan rasio pikiran saya. Karena saya bisa membedakan antara politik dan demokrasi. Jelas tidak sama. Demokarasi ya demokrasii, politik ya politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline