Lihat ke Halaman Asli

Sebagian Rakyat Indonesia Ibarat Jatuh Tertimpa Janda

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagian rakyat indonesia ibarat jatuh tertimpa janda

Saya bukan lah seoarang wartawan atau sastrawan. Juga bukan seorang pengamat senior yang mempunyai daya inteligensia kelas valid. Tetapi semoga saya juga bukan golongan orang-orang ideot atau amnesia, yang tidak mengerti permasalahan apa-apa. Saya sunggguh bangga sekaligus kagum setelah membaca tulisan Mba Helda, waktu bisa ketemu langsung dengan Mbah Wo dan mas Odi di Jogja beberapa hari yang lalu. Ternyata para kompasianer kita terdiri dari para warga Negara kelas tinggi. Mungkin hanya saya satu-satu nya, Kompasianer amatiran yang hanya tamatan SD. walaupun demikian saya berharap semoga para Kompasianer tidak jengah membaca tulisan saya yang judul nya pun, kadang Cuma judul-judulan. Karena saya yakin para kompasianer pasti semua telah mengerti dan mendalami ilmu padi. Perlu para pembaca ketahui; Keadaan kampung saya saat ini sangat jauh dari keramaian kota. Walaupun sudah ada kabel tapi belum ada listrik, jauh dari jalan Aspal, siknyal telepon juga belum ada. Jadi kalau mau nelepon keluarga, harus mencari tempat-tempat tertentu yang ada siknyal nya. dan rakyat nya pun sebagian besar tegolong miskin. Walau begitu saya sangat bersyukur mempunya sebuah jingset kecil buat menerangi rumah kalau malam, sekaligus untuk ngecas letop sehingga bisa postingan bersama teman-teman (Kompasianer).Dan dengan antena setinggi lebih dari sepuluh meter kami bisa mendapat kan siknyal telepon dan GPRS, itupun sering hilang-hilang. Dengan kesedehanaan hidup yang seperti itulah kami bisa bergabung dengan para Kompasianer yang lain, yang rata-rata hidup di kota dengan fasilitas yang jauh lebih dari saya tentunya. Itulah sebab nya saya mengajak dan memotivasi para pembaca untuk bisa meraba dengan perasaan, dan merasakan seperti apa keadaan hidup orang-orang kampung yang jauh dari Istana. Menjadi petani kecil, pedagang kecil, buruh kecil dan penghasila yang kecil pastinya. Keadaan yang seperti itulah yang ingin saya sampaikan dan saya suguhkan kepada para Kompasianer semuanya. Walaupun tulisan ini tanpa penelitian atau intelingensi, tapi ini kenyataan dan fakta yang valid. Karena memang saya berada di sini. Dan fakta seperti inilah yang menginspirasi saya untu membuat postingan berjudul seperti di atas. Tatapi kenapa; ibarat jatuh tertimpa janda . . .? . Mungkin sebagian pembaca ada yang ingin bertanya. Karena rakyat kecil seperti saya ini, setiap hari harus jatuh bangun membanting tulang, ibarat nya hanya mencari sesuap nasi.Walaupun semua orang tahu dan Pemerintah pun mestinya juga sangat tahu, kalau semua orang pasti ingin hidup bahagia. Yang artinya bisa hidup cerdas, cukup sandang, cukup pangan, papan dan hiburan,. Siapa sih yang ingin hidup miskin . . .? siapa sih yang ingin bodoh . . .? siapa sih yang ingin hidup sengsara . . .? tidak ada satupun orang yang menginginkan hidup seperti itu. Hanya keadaan lah yang memaksa  sebagian rakyat Indonesia hidup miskin, bodoh dan kata tragisnya adalah sengsara. Dan ini suatu bukti bahwa Pemerinta sampai hari ini belum bisa dan belum ada tanda-tanda bisa merubah keadaan. Belum bisa membuktikan program mencerdaskan kehidupan bangsa secara merata. Apa lagi mengentaskankemiskinan. Itulah yang saya sebut bahwa sebagian rakyat Indonesia jatuh tertimpa janda. Artinya jatuh dari harapan atau impian hidup bahagia. Tertimpa janda. . .?, karena walaupun jatuh dari harapan, sebagian yang lain masih bisa tertawa dan tersenyum manis, karena walau jatuh tertimpa janda tapai jandanya muda dan cantik lagi. Mungkin seperti Dewi persil atau mba Desi ratnasari dulu. Artinya walau harus jatuh bangun membanting tulang masih ada yang mndapat sedikit kebahagiaan hidup. Hampir sampai pada cita-cita atau impianya. Tapi sebagian yang lain lagi; Mungkin tertimpa janda tua, yang pantatnya seperti jiregen minyak goreng , dan badanya seperti droum aspal. Jadi bisa nya Cuma nyengir kesakitan. Artinya belum ada tanda-tanda penderitaanakan berakhir, atau masih jauh dari harapan hidup bahagia.

Mungkin hanya itu dulu yang bisa saya sampaikan, semoga ada panjang umur dan waktu yang bisa membawa pertemuan kita di saat yang akan datang.

Salam. . .Syarief budi aji

KALTIM.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline