Lihat ke Halaman Asli

Syariatul Hasanah

Syariatul123

Menjaga Jarak dengan Dunia

Diperbarui: 22 Desember 2021   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hakikat dunia tempat singgah yang bersifat sementara, yang penuh dengan tipu daya yang akan membuat manusia terlena dan lupa bahwa akan ada kehidupan kekal setelahnya yaitu Akhirat. Begitulah cara allah menguji kelayakan manusia untuk melihat kualitas imannya sebelum ditempatkan di surga nya yang penuh dengan nikmat.

Manusia seakan diseleksi manakah yang terbaik? Melalui ujian-ujian yang ada entah itu ujian berupa nikmat kebahagiaan ataupun berupa kesedihan atau kesengsaraan yang menjadi pertanyaan sudah sampai di manakah kita saat ini sudah sudahkah kita mampu melewati ujian yang ada? Sudahkan kita berada di jalan yang benar ?

Barangkali itulah yang menjadi kekhawatiran terbesar bagi mereka yang mempercayai akan adanya kehidupan setelah mati, tapi merasa sulitnya mempertahankan keimanan di tengah masyarakat modern Ini yang menjadikan dunia sebagai tolak ukur dalam segala sesuatu, masa dimana sulit untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, antara halal dan haram semua akan diaduk menjadi satu.

Orang-orang yang menilai bodoh mereka-mereka yang mengabdikan hidupnya untuk agama yang tidak memperoleh dunia di dalamnya, banyak lagi manusia yang mengcover perbuatan mereka dengan akhirat tetapi isi dan tujuannya adalah dunia.

Inilah realita yang ada di masyarakat kita sekarang yang semakin jauh dari nilai ketauhidan mereka akan berlomba-lomba dengan gigihnya untuk mendapatkan dunia, bekerja keras setiap hari untuk menambah pundi-pundi kekayaan tapi enggan untuk shodaqoh, tidak peduli dengan sesama merasa tidak peduli dan mengacuhkan anak yatim , fakir miskin , kaum dhuafa disekelilingnya yang harus disejahterakan hidupnya.

Barangkali ini adalah pemandangan biasa atau bahkan mungkin kita termasuk bagian darinya, kita kurang peduli pada sesama, mensejahterakan masyarakat kelas bawah oleh masyarakat kelas atas terasa masih sangat jauh dari terwujud, bagaimana mau di sejahterakan para orang kaya saja masih merasa kurang bahkan tidak pernah cukup untuk dirinya sendiri dan keluarganya padahal mereka berada di tengah limpahan harta dan kekayaan.

Pantaslah nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan manusia dalam sabdanya "seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, tentu ia ingin lebih lagi yang kedua, jika ia diberi yang kedua dia ingin lagi yang ketiga, tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya melainkan tanah. Dan Allah maha penerima tobat siapa saja yang mau bertobat. " ( HR al - Bukhari )

Merasa kurang tidak pernah cukup itulah manusia mereka melupakan hakikatnya dunia sebenarnya hanyalah sarana untuk menuju akhirat mereka tidak manfaatkan dunia untuk persiapan ti kehidupan yang kekal.

Sadarilah! Kita hanya singgah untuk berteduh sebelum berlayar di perjalanan panjang menuju kampung akhirat kekal.

yang menjadi pertanyaanya sudahkah kita menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat?

Bukankah dunia ini hanyalah tempat sementara , dan akhirat lah tempat abadi kita, lalu apa yang membuat kita masih memprioritaskan dunia? Dan melupakan tempat akhir kita, apa yang kita cari dari dunia ? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline