Setiap zaman ada tokohnya. Setiap tokoh ada zamannya. Begitulah ungkapan orang arief tempoe doeloe, sekadar untuk menggambarkan bahwa ada rotasi kehidupan manusia. Artinya ketokohan seseorang ada pada zamannya. Sedang setiap zaman akan selalu menampilkan tokoh, sesuai rotasinya.
Begitulah, sekitar abad ke-12 dan 13, tepatnya dari 1162 hingga 1227 mesihi, dikawasan Asia hidup seseorang petualang ganas yang belakangan terkenal dengan nama Jengis Khan. Ia eksis didaratan Mongolia, Asia Timur. Kehidupannya menjadi sangat legendaris, karena ia berhasil menyatukan sebuah kawasan luas, dari rerumputan yang hijau, dalam sebuah imperium besar. Sebuah kekaisaran agung (the great imperium), yang sangat monumental dalam sejarah kehidupan.
Ya, Jengis Khan, itulah nama besarnya. Aslinya bernama Temujin, seorang nomaden dari pegunungan dekat sungai Onon dan Herlen. Masa kecilnya dijalani penuh dendam, dan konflik antar suku. Ayahnya Yesugei, dari suku Borjigin, klan Kiyad, yang sekaligus menjadi kepala suku. Sedang ibunya Holun, dari suku Olkhunut.
Sejak remaja hidupnya menderita. Ayahnya sebagai Kepala Suku Borjigin diracuni Suku Tartar hingga mati. Temujin dan adik-adiknya kemudian diusir dari kampung halaman, karena sebagai pewaris dikuatirkan akan mengambil alih kembali kekuasaannya. Tak hanya itu, saat menginjak remaja, pimpinan Borjigin pernah mengirim pasukan untuk membunuh Temujin, tetapi gagal.
Namun suatu hari nasibnya tetap sial. Temujin dan adik-adiknya tertangkap. Kemudian ditawan. Tetapi, atas kegigihannya, ia berhasil kabur dari tahanan, dengan bantuan orang-orang yang setia pada ayahnya. Sampai dewasa, ia kemudian mengumpulkan semua kekuatannya, berjuang melawan musuh-musuhnya.
Kaisar Primitive
Sungguh tak terduga, jika di kawasan Mongol itu memiliki sejarah besar, punya imperium yang luar biasa (the great imperium). Dari kawasan hamparan rumput nan hijau itu, muncul seorang penakluk dunia yang ganas, keji dan bengis. Ia penakluk dunia yang hebat, the great conqueror.
Dari sinilah muncul seorang kaisar agung, the great emperor, yang pernah ada dimuka bumi ini. Itulah tokoh legendaris, yang belakangan dikenal sebagai Jengis Khan. Nama ini dikenal sebagai manusia yang bengis, karena pernah berhasil meruntuhkan rezim terkemuka, hingga ke dunia barat. Tak hanya itu, ia bahkan membantai manusia tak kurang dari 40 juta jiwa.
Perjuangannya untuk menjadi sang penakluk dunia itu bukan dengan cara gampang. Sejak kecil penderitaannya terus berlanjut. Dimulai dengan pembunuhan pada ayahnya dengan cara diracun, dilanjutkan dengan penawanan dan perbudakan, bahkan akhirnya ia harus hidup dihutan, melarikan diri dari kejaran musuh-musuhnya.
Buku The Secret History of Mongols bercerita, suku-suku dikawasan Mongol ini menempati kawasan yang berbatasan dengan Rusia di utara, dan Tiongkok di selatan. Suku-suku kawasan ini tak memiliki tradisi tempat tinggal yang parmanent, melainkan rumah-rumah berupa tenda atau perkemahan lainnya.
Dalam bahasa Mongol kediaman seperti itu disebut ger atau yurt. Muhibbuddin (2018), melalui bukunya berjudul "Jengis Khan Kisah-kisah Penaklukan Dunia dan Keruntuhan Mongolia", ger merupakan tenda bundar portabel, yang ditutupi dengan kulit atau atau kain tabel, dan digunakan sebagai tempat tinggal oleh kaum nomadern di padang rumput, termasuk bangsa Mongol.
Ger ini menjadi tempat tinggal suku Mongol, karena hidupnya yang sering berpindah. Ini mereka lakukan karena banyak faktor, seperti bencana alam, musim paceklik, atau karena serangan musuh, suku lainnya.
Pekerjaan utama bangsa Mongol adalah berburu. Hidup mereka sepenuhnya tergantung dari alam. Termasuk dalam urusan makanan. Untuk itu mereka terbiasa berburu rusa, dan kelinci. Mereka juga terbiasa hanya memakan buah-buahan, dedaunan dihutan, serta menangkap ikan disungai.
Ternyata model kehidupan yang nomaden ini sangat mempengaruhi ulahnya saat melakukan penaklukan. Salah satu kebiasaan buruk bangsa Mongol, adalah suka membumi-hanguskan dan meluluh-lantakkan semua hasil peradaban dan kebudayaan yang sudah dibangun musuh-musuhnya.