Sepertinya, dalam pekan-pekan terakhir ini, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta dampak maraknya kabut asap yang melanda masyarakat banyak di nusantara khususnya, termasuk di sejumlah negara tetangga lainnya, mengharuskan adanya antisipasi simultan oleh masyarakat luas itu sendiri, agar terjangan kabut asap tersebut tak serta merta menimbulkan masalah baru bagi keluarga, munculnya beragam penyakit dan beragam bencana kemanusiaan lainnya.
Sejumlah titip api yang muncul terus diupayakan oleh negara, termasuk kalangan NGO, dan masyarakat luas, untuk dipadamkan. Hasil monitoring Badan Nasional Penanggulan bencana (BNPB) hingga Selasa 17 September, karhutla di Sumatera dan Kalimantan telah menghanguskan 328.724 hektar, dengan titik panas 2.984. Titik api terbesar ada di Kalbar (622 titik), disusul Sumsel (226 titik), Kalteng (195 titik), Kalsel (178 titik), Riau (76 titik), dan Jambi hanya 81 titik.
Kunjungan Presiden Jokowi ke lokasi karhutla di Riau mendorong pihak aparat untuk terus bekerja. Menurut Jokowi, TNI dan Polisi tinggal di lokasi rawan kebakaran sudah sebulan lebih.
Mengingat kejadian ini, Jokowi menyarankan semua pihak untuk memperkuat pencegahan. Karena jika mampu mencegah kebakaran, biayanya kecil. Berbeda jika sudah terjadi, butuh biaya besar untuk memadamkan api, dan butuh waktu pula untuk memulihkan lahan.
Di sisi lain, sejumlah elemen swasta, khususnya para pimpinan organisasi keagamaan, ramai-ramai melakukan doa bersama. Di Kalimantan Selatan misalnya, Badan Pengurus Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin misalnya, bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Kantor Kementerian Agama Kalsel, serta Forkominda serentak melakukan doa bersama dan sholat Istisqo, doa minta hujan, dengan waktu yang berbeda-beda, hingga ke kabupaten kota.
PWNU Kalimantan Selatan, sebuah jam'iyah diniyah, dan Universitas NU Kalimantan Selatan, serta pengelola Pesantren Syiekh Abdul kadir Hasan pun melakukan aktivitas yang sama, yang dijadwalkan Kamis sore,19 September 2019.
Sejumlah fungsionaris NU, civitas akademika Universitas NU, sepakat melakukan doa bersama, bertempat di Mesjid Jami' As-Su'ada, yang berlokasi di Kampus Universitas NU Kalsel, di Jalan Ahmad Yani KM 12.5, Kabupaten Banjar.
Harapannya agar ada kesabaran umat menghadapi musim ini, syukur-syukur doanya diijabah Allah SWT, sehingga dalam waktu dekat kawasan bumi Kalimantan Selatan khususnya, dan bumi kepulauan Kalimantan pada umumnya, serta nusantara secara keseluruhan dilanda hujan deras yang tentu saja sangat membantu sisi kesehatan manusia, binatang dan lingkungan pada umumnya.
Bahaya Kesehatan
Kabut asap jelas berdampak besar terhadap kesehatan. Polusi udara buruk berpengaruh luar biasa pada ekologi, baik bagi manusia, tanaman dan hewan. Di Kalimantan Tengah, lebih 30 ekor orang utan terdampak kabut asap.
Tak hanya itu, sejumlah ular hutan pun ikut gosong, mati terbakar di tengah kerumunan api. Habitat binatang hampir semuanya terganggu. Tanaman dan pepohonan, perkebunan (termasuk sawit) serta merta tinggal puing-puing. Di beberapa lokasi, perumahan penduduk pun terdampak.