Pertumbuhan e-commerce dan perubahan perilaku konsumen adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam era digital ini. Semakin banyak orang yang memilih untuk berbelanja secara online, terutama selama pandemi COVID-19, maka semakin banyak pula perilaku konsumen yang berubah. Sebagai mahasiswa, saya melihat bahwa pertumbuhan e-commerce dan perubahan perilaku konsumen ini memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi dan budaya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa e-commerce telah memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen dalam berbelanja. Dengan e-commerce, konsumen dapat membeli produk dengan mudah dan cepat, tanpa harus keluar rumah dan menghadapi kerumunan di pusat perbelanjaan. Selain itu, e-commerce juga memberikan konsumen akses ke produk dan merek yang mungkin tidak tersedia di wilayah mereka.
Namun, dampak dari pertumbuhan e-commerce tidak hanya terlihat dalam cara kita berbelanja, tetapi juga dalam perilaku konsumen kita. Konsumen sekarang lebih cerdas dalam memilih produk dan merk, dan mereka lebih memperhatikan kualitas dan harga produk daripada sekadar brand image.
Hal ini terjadi karena dengan e-commerce, konsumen memiliki akses yang lebih besar ke informasi tentang produk dan merek. Mereka dapat membaca ulasan dan testimoni dari konsumen sebelumnya, melihat video review, dan membandingkan harga dan spesifikasi produk secara langsung. Semua ini memberikan konsumen lebih banyak kekuatan dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
Di sisi lain, e-commerce juga memicu perubahan dalam perilaku konsumen dalam hal ketergantungan terhadap teknologi dan penggunaan kartu kredit. Konsumen sekarang lebih cenderung memilih metode pembayaran digital seperti kartu kredit atau e-wallet untuk berbelanja online, dan banyak dari mereka yang tidak lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Meskipun ada banyak manfaat yang diberikan oleh pertumbuhan e-commerce, kita tidak boleh mengabaikan dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya penggunaan plastik dan sampah elektronik. Dalam e-commerce, produk dikemas dengan bahan plastik dan pengiriman melalui pengiriman ekspedisi, yang menyebabkan meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan.
Oleh karena itu, sebagai konsumen, kita harus tetap sadar akan dampak yang ditimbulkan oleh e-commerce pada lingkungan dan tetap bertanggung jawab dalam memilih produk dan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Dalam kesimpulan, pertumbuhan e-commerce telah membawa perubahan besar dalam perilaku konsumen. Konsumen sekarang lebih cerdas dan memilih produk berdasarkan kualitas dan harga daripada sekadar brand image. Namun, kita tidak boleh mengabaikan dampak negatif e-commerce pada lingkungan dan tetap bertanggung jawab dalam berbelanja. Sebagai mahasiswa, kita harus terus memperbarui pengetahuan kita tentang perkembangan e-commerce dan berpartisipasi dalam kampanye untuk mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H