Lihat ke Halaman Asli

Jejak Bermata

Diperbarui: 30 Juni 2019   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Jejakmu yang bermata, bukan dua, tapi cukup satu, menghampirkan kendara berwarna ungu, di depanku. Malam yang kau singkirkan dengan tanpa pesan telah menyisakan jejakmu yang bermata. bukan dua, tapi satu.

Lalu celah nadi memilin satu persatu rindu di pembuluh darah dan degup jantung yang kau biarkan begitu saja.. Tak ada pesan apa pun kecuali kau tinggalkan jejak di matamu yang telah engkau simpan berhari-hari.

Suara seruling dari arah rumah bambu di desamu, memecah hening malam dengan gelapnya yang sendirian, jejak di matamu kau jatuhkan di celah-celah aliran sungai kecil seraya engkau pandu, agar ia tidak tersangkut di pepohon rindang yang akarnya jatuh ke dasar sungai.

Menjelang siang setelah kabut pagi berlalu, di depanmu, aku melihat serombongan pencari ikan-ikan yang tersisa di sungai kecil, memunguti jejak-jejak dari matamu, yang kemudian mereka bawa pulang untuk dimasak matang-matang dan kemudian disuguhkan pada para tetamu dari desa sebelahmu. 

Dan dengan lahapnya mereka menikmati jejak matamu, yang tersisa satu.


Cimahi, 30 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline