Tak pernah kurelakan sebuah kepergian, meskipun wajahmu telah menggambarkan, begitu berat rasa yang terpadati oleh tumpukan kegelisahan, saat semaian demi semaian telah engkau taburkan. Di dada ini telah kusimpan sebaris nama, selalu terjulur di setiap berjalannya tutur kata, dan aku simpan rapat-rapat mimpi-mimpi dan harapan di jantung terdalam.
Dalam jiwaku sudah tidak ada lagi kemarahan, pun kekesalan, tak usah ribuan maaf engkau sampaikan, betapa kelembutan selalu mengalir dalam tutur lisanmu, aku tak pernah menghakimimu, hanya kedalaman rasa saja yang aku rasakan, saat kutatap indah dua bola mata yang engkau punya. Aku tak melihat sedikit pun derai kesedihan.
Aku datang padamu, dengan segela sobekan kekurangan, seraya membawa tumpukan harapan, agar hatimu tetap berada dalam ketenangan. Aku tahu engkau akan baik-baik saja,
Aku faham, di lubuk hati kita telah tertanam harapan sekaligus kecemasan, namun bersikaplah tenang, sebab Tuhan tak pernah sekali pun membiarkan para kekasih-Nya tenggelam bahkan terkaram dalam lautan ketidakberdayaan.
Jangan pernah pergi dari sisiku, aku menawarkan kehangatan di genggaman, yang tak akan pernah kulepaskan. Jika engkau akan tenggelam, tenggelamlah di dasar hatiku yang terdalam. Sungguh betapa berat rasanya sendiri berada di kegelapan tanpa kilau cahaya. Akan letih kurasa, jika engkau tak berada di sini, di jantung hati.
Cimahi, 30 Mei 2019
di pagiku yang terantuk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H