Sampai dengan tanggal ulang tahun Kompasiana pada tanggal 22 Oktober di tahun ini, tak terasa saya sudah menghabiskan 255 hari bergabung. Banyak suka duka menghiasi dinamika selama saya menjadi kompasianer. Saya ingin merangkumnya dalam delapan moment sebagai berikut:
Pertama, registrasi berhasil, ini adalah moment terindah pertama ketika mengenal kompasiana. Saya mengenal kompasiana dari tautan yang dibagikan di beberapa akun FB dan grup FB dan saya penasaran apa itu Kompasiana, dan akhirnya hingga sekarang saya menjadi Kompasianer.
Kedua, verifikasi berkali-kali adalah moment greget paling indah, betapa tidak, ID Card berupa KTP yang saya upload di menu pengaturan berhari-hari tidak mendapat jawaban, kalaupun ada jawabannya adalah anda belum terverifikasi, mohon untuk mengupload identitas anda kembali. Berkali-kali saya ikuti petunjuk, syarat dan ketentuan berdasarkan petunjuk admin yang dikirimkan via kotak inbox, akhirnya saya bosan karena tidak diverifikasi sebagai Kompasianer sejati, mungkin saat itu saya jadi kompasianer abal-abal. Namun akhirnya satu minggu kemudian moment terindah itu datang, verifikasi admin menyatakan saya dengan menyematkan label verifikasi berwarna hijau.
Ketiga, mencoba fokus di fiksi, pertama kali memposting pada 26 Januari 2016 di kanal fiksiana dengan genre puisi Curhatkan pada Tuhan dengan 73 hit, Komentar dan vote 0. Lalu saya mencoba memposting puisi kedua Kepingan Hujan yang mendapat hit 124, komentar 2 dan vote 2. Komentar pada saat itu berasal dari Yeyen Sulaeman dan saya balas komennya, dan 2 voter berasal dari rekan K'ner Putri Apiani dan Ann Ski.
Keempat, sekali-kali nulis opini eh kembali lagi ke puisi. Opini pertama berjudul Kaya, dan Hakikat Bersyukur. Sebetulnya itu artikel kedua setelah artikel pertama ditolak admin, karena melanggar syarat dan ketentuan. Tapi gak apa-apa dech, yang penting sampai tulisan ini dimuat sebagai apresiasi pada ultah Kompasiana yang ke delapan, saya masih diakui sebagai anggotanya.
Kelima, menyenangkan sekali jika komentar berbalas komentar, ditambah vote dari kompasianer lainnya. Mulanya berbalas koment lintas lapak sahabat-sahabat kompasiana, dan hingga hari ini sahabat-sahabat seperti Opa Tjptadinata Effendi, Pak Axtea, Mas Susy Haryawan, Mas Bambang Setyawan, Kang Ikhwanul Halim, Mas S. Aji, Pak MJK RIau, Mas Edy Priatna, Mas Arif R. Saleh, Mbak Fitri Manalu, Mbak Lilik Fatimah Azzahra, dan Kompasianer lainnya yang terhimpun di grup Rumpies The Club dan fiksiana Community. Mohon maaf kepada sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa saya sebutkan di sini satu persatu, komentar dan vote saya di wall sahabat semoga bisa mewakili kehadiran saya.
Keenam, adalah rindu yang bertumpahan ketika Kompasiana menyelenggarakan nangkring di Museum Geologi Bandung, selain mendapat suguhan coffee break dan santap siang dengan sajian aduhai, saya juga bisa bertatap muka dengan Kang Thamrin Sonata, Kang IKhwanul Halim, Pak Isson Khaerul, Teh Luana Yunaneva, Boris Toka Pelawi, Pak Teha Sugiyo, Pak Sugiyanto dan kandidat Profesor Pebrianov yang sampai kini masih memilih celana apa yang akan digunakan setiap memposting tulisan. heu heu. Dan, pada tahun ini, saya tergugah untuk mengikuti jejak kompasianer lainnya untuk menerbitkan kumpulan tulisan. Lalu setelah berkenalan dengan Kang Thamrin dan Pak Isson Khaerul, saya berencana menerbitkan buku yang sekarang sedang dalam proses, tentu saja buku Antologi puisi, judulnya masih rahasia.
Ketujuh. Greget sama kamu, ketika gairah menulis sedang pada puncaknya, tiba-tiba eror melanda, sehingga saya mempunyai ide untuk menulis surat berbentuk puisi yaitu Puisi Untuk K, dan Salam Senja untuk K, dengan harapan Kompasiana tidak memasang papan nama bertajuk ERR, di lapak-lapak sahabat kompasianer. Semoga saja.
Kedelapan, in tentang sajak Cinta
ini tentang aku padamu, K
dengan penuh rasa sayang penuh cinta
kuucapkan Selamat Ulang Tahun ke-8 untuk kebersamaan kita
Usiamu sudah bukan balita
kini menginjak usia remaja,
esok lusa menjadi pemuda
semoga kamu baik-baik saja
dan tumbuh menjadi dewasa
jejaring sosial yang terkemuka
jadi rujukan anak bangsa,
untuk kejayaan Indonesia.
Bandung, 23 Oktober 2016