seibarat kumandang lagu
terus mengalun melantun sendu
di bawah naungan pepohon rindang
diiringi desah nafas pendendang
beradu terus berkumandang lantang
bersamamu, bidadari-ku
kita berjalan menempuh perjalanan waktu
setiap detiknya mengisahkan makna rindu
di tiap detaknya mengubah kisah di altar biru
merangkum jutaan detik yang kita lewati
berpeluk cinta lingkaran rindu anak-anak kita
bersamamu, bidadari-ku
tak ubahnya denting lagu dan waktu
di september ini, usia-mu, bertambah satu
suka dan duka kita lewati seperti air mengalir
semuanya membangun harmoni yang kita ukir
dalam kebersamaan hendaklah tetap berdzikir
bersamamu, bidadari-ku
pertambahan usia memang biasa
dalam lingkar putaran kisah manusia
namun ia pemacu menambah kebajikan
sekaligus cemeti mengurangi keburukan
sehingga langkah hidup kita menuju kedewasaan
bersamamu, bidadari-ku
langkahku ringan terayun penuh cinta
melukis goresan keindahan rumah tangga
deret-deret senja di kota Kembang, kanda habiskan
menghimpun rerumpun embun pagi yang riang
“dengan tutur lisan penuh kasih sayang
"selamat ulang tahun bidadari-ku"
di romansa indah-mu, 17 September yang dipenuhi rindu
Bandung, 17 September 2016
Karya lainnya 1. Romansa2. Centik Mayang
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H