Lihat ke Halaman Asli

Sapa Kita Terarsir Kokoh di Beranda

Diperbarui: 23 Agustus 2016   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ketika insan merindu sesuatu
ada gelora hasrat nan menggebu
seperti bara yang berujung abu 

punggung sunyi kembali mengemuka
dari rasa ia mencoba melarikan dirinya
menuju hening di nirwana loka 

repih rembulan dipahat para pesunyi
aksara tergerus pesuling bersembunyi
lalu tergugu dipacu lenggang di tepi 

di saat raga ini terus terjaga
duga berpelana di senggama kata
ya, sapa kita kokoh terarsir di beranda

segala yang telah menjadi debu
tak bisa berubah seiring roda waktu
mayang, kita telah tejebak menjadi kaku

tak pernah sekalipun aku mengizinkan
halaman rindu teronggok di pekarangan
yang kemudian berlalu menjadi hilang 

ini aku, tungku yang menghangatkan
setiap tumpukan kayu di perapian
aku tak membakar apatah lagi menghanguskan

ingatan itu selalu saja terngiang
merobek gumpalan waktu yang tenggelam
aku jatuh, dalam cekam dan tikaman  

di setiap senja, selalu ada gores luka
lalu sembuh seiring rentang masa
sehingga lupa bahwa kita pernah ada

biarkan jiwa kita tenang terayun
agar wajah itu tetap menebar senyum
dan kita saksikan rindu tetap berduyun 

Bandung, 15 Agustus 2016

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline