Lihat ke Halaman Asli

Syanne

An educator, a wife, a mother to two

Pilpres, BTP, dan Emak-emak

Diperbarui: 11 Februari 2019   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari; www.scienceswitch.com

Para pemilik akun media sosial di Indonesia pasti merasakan riuhnya tayangan di media sosial mereka akhir-akhir ini. Pembahasan mulai dari tentang pemilihan presiden, perceraian dan pernikahan kembali dari BTP, hingga tentang emak-emak team Vero yang murka akibat celotehan BTP di wawancaranya sekeluar dari penjara. 

Hal yang menarik untuk disimak bukan isi beritanya, tetapi perdebatan yang terjadi di kolom komentar. Setiap pihak berusaha bertahan dengan opininya masing-masing. 

Perdebatan berlanjut hingga kadangkala bisa berujung pada makian atau mendata penghuni kebun binatang. Apakah ada pihak yang pernah berubah pendapatnya akibat perdebatan di media sosial tersebut? Sejauh pengamatan saya, belum pernah ada!

Menurut seorang psikolog sosial dari Harvard University, Herbert Kelman, proses pembentukkan pendapat terbentuk dari pengaruh sosial, yang melalui tiga tahap: compliance, identifikasi, dan internalisasi. Pada tahap compliance, seseorang berpendapat demi untuk menuai reaksi positif dari kelompoknya. 

Jangan terkejut ketika melihat bagaimana kaum cebong atau kampret rajin memberikan pendapat pada kolom komentar dari suatu berita, yang sebenarnya bernada netral. Ini merupakan salah satu usaha mereka untuk memenuhi "kriteria" agar diterima dalam kelompok yang mereka tuju. 

Tahap kedua, identifikasi, di mana seseorang berperilaku atau berpendapat yang sesuai dengan "kelompoknya". Pada tahap ini, penting bagi mereka untuk menunjukkan perilaku yang sama dengan kelompoknya karena hal itu merupakan definisi dari keberadaannya sebagai anggota kelompok tertentu. Contoh tahap identifikasi ini adalah seperti dalam kasus BTP. 

Emak-emak menujukkan solidaritasnya kepada Veronica Tan atas nama wanita yang tersakiti oleh ucapan mantan suami, yang membanding-bandingkannya dengan wanita lain. 

Tahap ketiga, internalisasi, adalah tahap di mana individu menerima perilakunya yang baru, karena hal itu sesuai dengan sistem nilainya. Tahap ketiga ini banyak ditemui pada para alumni 212, di mana mereka berperilaku dan berpendapat karena sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut. 

Melihat tahapan pembentukkan pendapat/ perilaku pada seorang individu, jelas tidak mudah untuk mengubah pendapat seseorang, terlebih jika pendapat atau perilaku tersebut sudah terinternalisasi. Mengubah pendapat bukan sekedar mengubah sesuatu yang terlihat atau terucap, tetapi lebih daripada itu.

Mengubah pendapat adalah usaha untuk mengubah psikologis seseorang yang ingin menadi bagian dari sesuatu, atau mengubah sistem nilai yang sudah diyakininya. 

Saya pribadi sudah tidak pernah  merasa perlu untuk membalas pendapat seseorang yang berbeda dari saya, terutama di era pemilihan presiden ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline