Lihat ke Halaman Asli

Pantai Halogenia (Sekilas tentang Pendekatan Multiple Intelligence Semasa SMA)

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering



Semburat warna mentari menyapa pagi dengan ramah, lembut menelusup celah-celah nyiur hijau yang berderet sepanjang tepian pantai. Pagi ini penduduk sekitar Pantai Halogenia nampak lebih sibuk dari biasanya. Sekumpulan anak-anak nelayan berlari-lari dengan riang, satu sama lain saling berkejaran menuju deburan ombak, menciduk airnya kedalam ember dan cepat-cepat membasahi gundukan pasir kering yang terletak agak jauh di pesisir pantai. Sebagian temannya yang lain tengah sibuk membentuk padatan pasir basah dengan cetakan-cetakan sederhana yang unik, membangun istana impian mereka.


Sementara itu tak jauh dari pantai, di sebuah gubuk sederhana, Nenek Halida terlihat sangat bersemangat memasukkan Kristal-kristal garam hasil panen siang kemarin kedalam bungkus-bungkus plastik kecil. Sesekali ia meneriaki cucu-cucunya Fluor, Clor, Brom dan Iod yang tengah bermain air laut untuk berhati-hati.


Pantai Halogenia yang eksotis semakin ramai dengan kunjungan para wisatawan yang hendak berlibur menikmati panorama indah yang menarik hati …

Pantai Halogenia? Memang ada ya? Dimana, dimana?

Hehe, teman-teman cari di peta mana pun, InsyaAllah saya yakin tidak akan menemukannya.

Prolog diatas hanya cuplikan sebuah naskah, dan Pantai Halogenia adalah hasil imajinasi kami semasa belajar di kelas 3 SMA.

***

Berawal dari keresahan seorang guru kimia ketika mendapati nilai ulangan kimia kami tidak juga menunjukkan kemajuan yang signifikan, padahal kimia termasuk salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional. Saat itu guru kimia kami sempat menanyakan dan mengevaluasi bersama mengapa hal itu bisa terjadi, dan salah satu penyebabnya adalah kebanyakan dari kami merasa jenuh dengan metode belajar klasik yang kami dapati di hampir semua mata pelajaran. Hingga muncullah ide cemerlang dari beliau yang membuat kami bingung cukup lama.

Waktu itu guru kami langsung membagi siswa-siswi yang ada di kelas menjadi beberapa kelompok dan memberi nama kelompok sesuai dengan judul BAB yang harus depelajari. Pikir kami, paling juga kami disuruh buat power point lagi, lalu mempresentasikannya di depan kelas. Tapi ternyata semua prasangka kami salaah besar.

Tak lama dari itu Pak Hadyan (guru kimia) menjelaskan tugas yang harus kami kerjakan yaitu menyajikan materi kimia dengan bermain drama. Sontak kami kaget, kelas tiba-tiba ramai..bagaimana bisa? Ini pelajaran kimia atau kesenian? Kemudian Pak Hadyan segera menenangkan kami dengan menyampaikan beberapa poin yang dapat kami lakukan untuk memulai proses pengerjaan tugas. Prinsipnya sebenarnya sama saja dengan presentasi, sebelum menyajikan kami harus mendalami materi terlebih dahulu, hanya perbedaannya sajian dibuat lebih kreatif melalui drama dan power point yang biasa dibuat berubah menjadi bentuk naskah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline