Lihat ke Halaman Asli

Aku, Dulu

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

istana pasir karib memasung keluh
pelepah-pelepah nyiur jadi kanvas setengah hitam
tergores pena tak bertinta
dan gemuruh dari tengah sana tak kunjung surut
menghantam setiap dinding-dinding karang serupa batin
mengoyak alam pikir!
ketika tradisi terpangku besi

setengah pasir waktu mengabarkan,
buih berubah menjadi riak mengejar harap di bibir pantai kemerdekaan
angin baru mula membelai cita
jadikannya setangkup terang
dalam gulita rongga terpasalkan
: yang tua lalu

itu aku, dulu
saat sanggul dan sarung tersekat tabu
lalu 'ku urai sebagiannya,
jadilah aku, sekarang
tak ada jari lentik yang "hanya"
sekarang adalah sama
duduk semeja dalam jamuan nafas kehidupan
: lupakan kegelapan terbitkan terang

(ketika beda terkadang indah, dan sama timbul petaka. tapi semua adalah realita)

Prameswari
Smg, 21 April 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline