Lihat ke Halaman Asli

Syanando Adzikri

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Perlawanan Muslim Cilegon Menentang Penjajah

Diperbarui: 30 Juli 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cilegon.pks.id - Para pejuang Cilegon yang ditangkap 

Sudah menjadi hobi kaum penjajah mengusik warga lokal. Sebagai contohnya yaitu sebuah peristiwa yang terjadi di Cilegon pada tahun 1888 M.

Ummat Islam Cilegon melancarkan perlawanan terhadap patih Cilegon dan Belanda cs. Sebabnya yaitu penindasan yang berkepanjangan terhadap rakyat Cilegon, oleh kolonial Belanda. 

Patih Cilegon yang merupakan boneka Belanda membuat kebijakan-kebijakan yang menyesakkan rakyat puncak tertingginya yaitu saat patih Cilegon mengedarkan selembaran kepada pejabat-pejabat bawahannya untuk disampaikan agar rakyat terkhusus ummat Islam yang beribadah di Masjid, tidak berbuat kegaduhan yang mengganggu orang istirahat atau tidur. Maksudnya saat waktu Maghrib dan Isya' agar para jama'ah tidak melantunkan syair-syair keagamaan. Karena hal itu dirasa mengganggu oleh pihak kolonial. Maka rakyat pun marah dan merasa terhina dengan himbauan yang telah diberikan oleh Patih Cilegon.

Pecahlah peristiwa pada hari Senin malam Selasa, tanggal 9-10 Juli 1888, pukul 3.30 dini hari, perlawanan rakyat Cilegon terhadap patihnya dan dalangnya (Belanda cs).

Perlawanan tersebut dipimpin oleh dua tokoh kiyai, yaitu Haji Wasith warga desa Beji kec. Bojonegara, Kawedanan Cilegon, dan Tubagus Haji Ismail warga desa Gulacia kec. Balagendong, Kawedanan Kramat Watu.

Strategi serangan yang dilakukan yaitu kiyai Wasith menyerang Cilegon dari arah utara, sedangkan kiyai Ismail menyerang dari selatan.

Dengan waktu yang singkat, kota Cilegon berhasil direbut. Asisten Residen Goebels beserta keluarganya tewas tak tersisa. Begitu juga pegawai-pegawai Belanda tewas bergelimpangan. Mayat-mayat warga pribumi penjilat dan pejabat-pejabat Belanda berserakan di alun-alun Cilegon.

Dari peristiwa tersebut Snouck Hurgronje datang ketempat kejadian, dan ia menulis dalam artikelnya berjudul "Nieus Over Bantam". Dalam artikel tersebut Snouck Hurgronje menulis:

"Sebab-sebab pemberontakan Cilegon itu sulit untuk dicari karena sangat kompleks, namun yang jelas Agama Islam merupakan faktor penggerak yang penting dalam masyarakat Bantam." 

Itulah diantara sejarah perlawanan Islam terhadap penjajah yang kian hari semakin tenggelam. Bagai sebutir pasir yang dilalap Samudera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline