Sejak awal kehadirannya, manusia sangat kontroversial. Dalam referensi suci tiga agama; Yahudi, Kristen, dan Islam manusia menemui banyak pergolakan, perdebatan, bahkan penolakan.
Dalam Islam, dengan sangat jelas diceritakan bahwa Adam diragukan fungsi kehadirannya. Malaikat mengajukan gugatan, dengan asumsi bahwa manusia hadir akan melakukan pertumpahan darah di muka bumi.
Tetapi, Allah dengan jawaban yang elegan mematahkan asumsi Malaikat dengan mengatakan, bahwa Allah lebih mengetahui secara detail keadaan ciptaan-Nya dibanding Malaikat.
Allah memanggil semua mahluk dan membuktikan kedahsyatan Adam (Manusia). Allah memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada Malaikat agar menjelaskan tentang segala sesuatu atau nama-nama benda. Dan, Malaikat mengatakan tidak mengetahui-Nya kecuali tentang pengetahuan yang Allah berikan kepada mereka.
Sementara Adam menjelaskan segalanya dengan sangat rinci semua nama-nama benda yang ditunjukkan padanya. Potensi dahsyat yang bernama "pengetahuan" itu dikagumi oleh semua pihak dan mengakui kekeliruan asumsinya terhadap Adam.
Dengan pengetahuan itu menjadikan Adam terhormat dan mulia dihadapan mahluk Allah yang lain. Socrates mengatakan bahwa pengetahuan adalah puncak dari segala yang ada, tanpa pengetahuan mahluk tidak akan memiliki timbangan dalam mengukur kebenaran.
Lanjutnya, pengetahuan adalah panglima bagi kehidupan; baik dan buruk tidak akan pernah terdeteksi tanpa adanya pengetahuan yang membedakannya. Moralitas manusia juga akan rendah ketika tidak memiliki pengetahuan sebagai navigasi atau petunjuk yang baik bagi kehidupannya.
Murtada Mutahhari, menyebutkan bahwa pengetahuanlah yang membuat Malaikat tunduk dan sujud menghormati Adam. Sementara Iblis, tertutup pengetahuannya tentang Adam, serta tertutup penglihatannya dari cahaya pengetahuan yang dimiliki Adam. Semua itu, disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhan dirinya.
Selamanya, kesombongan menjadi tabir penghalang bagi siapapun yang memilikinya terhadap kebenaran, walaupun kebenaran itu ada di depan matanya. Bambang Tri menyebutkan, bahwa kesombongan adalah "anti materi" yang akan menghancurkan sisi "materi" dari siapapun yang memilikinya, makanya manusia yang memilikinya akan mengalami kejatuhan bahkan kehancuran.
Iblis menolak menghormati Adam, karena Adam hanyalah mahluk yang diciptakan dari tanah, sementara Iblis diciptakan dari api; dalam keterasingannya terhadap pengetahuan dia menganggap bahwa api lebih mulia daripada tanah. Dari sini, terukur bahwa kapasitas Iblis tidak memadai dan minim pengetahuannya tentang bumi yang konon pernah ditempatinya.
Quraish Shihab, berkomentar tentang kejadian ini dengan menyebut Iblis sebagai kelompok atau entitas yang keliru memahami unsur tanah; tanah memiliki sifat yang menumbuhkan, menghidupkan, melindungi, dan segala sifat yang berpretensi baik.