Lihat ke Halaman Asli

Ajari Aku Berbisnis Syariah

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mas Kresno, seorang pengusaha roti yang kebetulan juga teman dekat saya di Lampung suatu ketika pernah meneleponku, dengan candaan kecil saya menyapanya, “Wah…kalo juragan roti sampai telepon neh biasanya pasti ada sesuatu”. “Iya kang, ada sedikit yang mau saya bicarakan” jawabnya.

Ia pun mulai bercerita, “Begini kang, usahaku kan sudah mulai berkembang, karyawan semakin banyak, dan dikit-dikit keuntungan juga sudah ada, gimana caranya ya kang agar usahaku ini berkah”?. Dengan kalimat singkat saya jawab pertanyaannya “kalo usaha Mas Kresno mau berkah, harus dikelola secara syariah”, “Begini aja deh, nanti kalo berkesempatan ke Lampung, Insya Allah saya akan  silaturahmi ke rumah Mas Kresno untuk bicara banyak” saya menambahkan. “Iya kang, kutunggu kedatanganmu di Lampung” ucapnya menutup pembicaraan.

Bisnis yang digeluti Mas kresno sepintas memang tergolong remeh, jualan roti yang harganya cuma 500 rupiah per bungkusnya, pangsa pasarnya pun hanya warung-warung kecil di pingir jalan atau paling banter kelas kantin sekolah. Tetapi jangan salah, dalam seharinya rata-rata ia bisa menjual hingga 200.000 bungkus roti. Artinya, dalam sehari omset penjualanya bisa mencapai 100 juta, penghasilan yang cukup besar untuk kelas pedagang roti.

Mas Kresno memulai usahanya dari modal sendiri, produksi dan penjualan pada awalnya juga dilakukannya sendirian. Jatuh bangun ia mengeluti usahnya ini, hingga akhirnya ia bisa menjadi seperti sekarang. Kian hari usahanya semakin berkembang, tidak sedikit bank yang datang menawarkan tambahan modal  atau sekedar menawarkan bunga penempatan dana, namun semuanya ditolak oleh Mas Kresno hanya dengan alasan kalo dia tidak mau terlibat dalam urusan riba, haram menurutnya.

Alhamdulillah suatu ketika saya berkesempatan pergi ke Lampung untuk bersilaturahmi ke rumahnya. Karena saya tanya, ia pun menceritakan kondisi usahanya. Singkatnya cerita, ia menyampaikan bahwa usahanya sedang membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi permintaan dan meningkatkan kapasitas produksi. Karena saya tahu dia enggan berhubungan dengan bank konvensional, saya pun menyarankan kepadanya supaya datang ke bank syariah, “Insya Allah gak ada riba” saya meyakinkannya.

Gayung pun bersambut, bank syariah memberikan fasilitas pembiayaan murabahah untuk pembelian mesin-mesin produksi. Walhasil, saat ini kapasitas produksinya semakin meningkat dan berjalan lebih efisien dari sebelumnya. Pangsa pasar usahanya pun semakin luas hingga menjangkau sebagaian wilayah selatan Sumatera.

Mas Kresno memang bukan pengusaha biasa, disela-sela kesibukanya ia masih rajin bersilaturahmi dan mengungkapkan ide-idenya. Hingga akhirnya, keluarlah gagasan untuk mendirikan sebuah Baitulmal wa Tamwil (BMT) yang tak selang beberapa lama kemudian resmi didirikan. Dia ingin para pengusaha kecil di daerahnya juga bermitra usaha secara syariah sebagaimana yang ia lakoni. Saya bangga memiliki teman seperti Mas Kresno, semoga usahanya selalu mendapatkan berkah sebagaimana yang ia harapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline