Lihat ke Halaman Asli

Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa

Diperbarui: 4 Juni 2024   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com

Ada pengalaman menarik saat saya mengajarkan lagu "Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa" kepada anak-anak di suatu sekolah beberapa waktu yang lalu. Memasuki bulan Oktober, seperti biasa setiap tahun, sebagai guru musik, saya memopulerkan kembali lagu itu kepada mereka. Hitung-hitung ikut serta menumbuhkan, menjaga, dan merawat semangat Sumpah Pemuda, sebagaimana peringatannya kita rayakan tiap tahun pada 28 Oktober.

Singkat cerita, bernyanyilah kami :

                  Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita

                  Tanah air pasti jaya untuk s'lama-lamanya

Saat nyanyian sampai di baris kedua ini, tiba-tiba seorang anak menyela sambil mengangkat tangannya.

"Pak ! Kata Pak Fulan, kita tidak boleh bilang 'pasti' untuk sesuatu yang belum bisa kita pastikan !" kata si anak tadi dengan menyebut nama guru agamanya.

Ups cukup kaget juga saya mendengarnya. Seumur-umur saya mengajarkan lagu ini, baru kali ini saya diprotes. Oleh anak kelas 4 SD pula. Matilah awak !

"Oh ya ? Mengapa ? Lalu harus bilang apa ?" tanya saya setengah sadar.

"Mestinya 'insyaAllah', Pak !" jawab anak tadi ditimpali teriakan setuju "Ya, Pak" ; "Betul, Pak" ; oleh beberapa temannya.

"Lha.. terus.. jadi lagunya gimana ?" lanjut saya.

                    Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline