Lihat ke Halaman Asli

Syamsul Rijal

pro-insani

Cerdas Menyikapi Berita Bohong

Diperbarui: 10 Maret 2019   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tempat publik misalnya, resto, biskop, mall,  di ruang mana saja terjadi komuniksi transpersonal acapkali seseorang itu bercerita, mendengarkan cerita dan bahkan membuat berita. dalam lintas pergumulan sosial, acapkali berita itu tidak seperti yang sesungguhnya alias cerita bohong (baca: hoax). dan bahkan dalam unsur cerita yang dibicarakan itu acapkali juga cenderung mengandung nilai blasphemy (ujaran kebencian). dan anda yang cerdas tentu tidak ingin ambil bagian dari ujaran kebencian itu, STOP pada diri anda jangan sampai menyebar di saat mana anda ketahui cerita itu ada unsur ujaran kebencian. Simak di sini

tidak ambil bagian dari sebuah berita yang mengtandung nilai kebohongan apalagi sarat makna ujaran kebencian didalamnya adalah sikap cerdas dan berkeadaban. di saat itu kita telah memilih opsi terbaik dan bijak tidak menjadi seseorang yang menyebarkan hoax apalagi turut serta di dalam ujaran kebencian. 

Tabayyun

Tabayyun (verifikasi)  terhadap berita yang anda terima adalah sebuah sikap cerdas dan bijak.  Seseorang yang melakukan tabayyun  adalah sebuah kecerdasan, setiap berita dipelajari terlebih dahulu akan kebenarannya untuk kemudian disikapi untuk diteruskan dan atau ditindaklanjuti isinya. setiap seseorang menerima berita tanpa melakukan uji keabsahan berita kemudian meneruskannya acapkali akan memunculkan perpecahan. apalagi dalam berita itu kemudian ternyata bersikan berita bohong sehingga membuat penerima berita dalam kesalahan bersikap dan atau akan berada dalam jalan kesesatan. 

Di samping itu juga dalam berita yang belum diuji kebenaranya acapkali juga terdapat ujaran kebencian, fitnah yang membawa kehidupan sosial warga menjadi tidak sehat. 

tabayyun adalah salah satu opsi menyikapi berita bohong sehingga duduk persoalannya menjadi clear dan berada pada tataran yang benar. Penyebaran berita bohgong cenderung disertai dengan ujaran kebencian tentu saja dapat diduga berisikan kepentingan oleh seseorang atau pihak tertentu untuk membuat gaduh dalam interaksi sosial antar warga untuk kemudian oleh seseorang atau pihak tertentu itu akan mengambil manfaat dari suasana kegaduhan antar warga. Mendasari ini sangat bijak dan sederhana jangan muda terprovokasi oleh berita bohong. 

Bagaimana mendeteksi dini bahwa berita yang kita terima itu tidak benar? tentu saja kita dapat memberikan logika kelayakan berita dan kelayakan sumber berita akan menggiring kita untuk secara sadar mengetahui berita itu adalah bohong sarat ujaran kebencian yang memerlukan untuk kita verifikasi terlebih dahulu.  Tidak dengan mudah menyerap sebuah berita sebelujm dialkukan uji kebenaran berita adalah bagian dari tabayyun yang menandakan kecerdasan seseorang dalam menyikapi berita. 

STOP Blasphemy

STOP dan hentikan  ujaran kebencian adalah seruan sedwerhna namun berat dilakukan. Kenapa, karena kecenderungan manusia di dalam berinterkasi sangat dengan mudah menyukainya. Hanya mereka yang bijaklah yang enggan menceburkan diri dengan ujaran kebencian. Seseorang yang melepaskan diri dari ikatan blasphemy adalah potret prilaku terpuji yang pada dirinya sarat nilai berkehidupan yang lebih baik. 

Dinamika kehidupan sosio-politik terkini, massive kita menyaksikan ujaran kebencian antar seseorang dan antar kelompok menjadi opsi trademark dan bahkan menjadi pilihan dari sebuah kepentingan. Realitas ini adalah tidak sehat dan bahkan menggiring pola berkehidupan sosial yang uncivilization. Semoga bermanfaat.  #SRjEdukasi   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline