Lihat ke Halaman Asli

Titipan itu berupa jabatan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jabatan

Manusia lahir tanpa sehelai benang yang menyertainya. Sebuah manifestasi fitrah yang terjadi pada setiap insan dan menyimbulkan bahwa dirinya datang ke muka bumi tanpa bekal materi apa-apa, sehingga tidak pantas berlaku sombong kelak ketika mendapatkan kekayaan materi. Ia hadir di muka bumi karena ada yang menghadirkannya, mencapai jabatan tertentu karena ada yang mengantarkannya dan memiliki sesuatu karena ada yang rela memberikannya. Kesuksesan bukanlah sesuatu yang hadir dalam ruang hampa, ada unsur-unsur lain yang turut aktif terlibat untuk menghadirkannya.

Jabatan adalah posisi baru bagi manusia yang memerlukan kerja nyata untuk mengi'rabnya.  Tuhan telah menawarkan jabatan kepada langit, bumi dan gungung-gunung sebelum menawarkannya kepada manusia. Selain yang terakhir, semuanya menolak karena merasa tidak mampu mengembannya. Lalu Tuhan menyebut manusia dhaluman jahula sangat dzalim dan sangat bodoh pada ujung ayat tersebut. Jabatan adalah amanah yang bisa mengantarkan seseorang pada derajat mulia dan bisa juga menyeretnya pada predikat lalim dan bodoh. Fakta sejarah perjalanan manusia telah membuktikan bahwa hanya sedikit saja orang yang berhasil memaknai jabatan dengan pengabdian yang benar kepada Allah Swt. Kebanyakan, mereka memanfaatkannya untuk menggapai kekayaan, lalusombong. Fir’aun memaknai hidup dan jabatannya sebagai tuhan yang harus dipertahankan dengan memaksakan kehendak kepada seluruh rakyatnya. Karun memaknai kekayaan dengan kesombongan dan pengingkaran terhadap Tuhan yang telah memberikan kekayaan kepadanya.

Fir’aun dan Karun hari ini telah terkubur dalam perut bumi, namun idiologi Fir’aun dan Qarun tidak pernah mati. Penyembah Fir’aun bangkit menggantikannya ketika kematian tuhannya. Begitu pula pengikut berikutnya. Kaum feodalis dan kapitalis adalah pewaris Fir’aun dan Karun yang  menggurita di mana-mana. Dengan kemasan modern mampu merekrut anggota dalam kuantitas melebihi pengikut Fir’aun dan Karun pada masanya. Hari ini Feodalisme dan Kapitalisme tidak dianggap sebagai penjajahan kemanusiaan, perampas aqidah yang benar lantaran hebatnya mereka mengemas dan memasarkan kepada siapapun. Sesungguhnya mereka tidak hebat kalau tidak karena lumpuhnya idealisme umat manusia akibat awamnya pengetahuan terhadap keunggulan agama yang benar.

Orang yang tidak komitmen terhadap Islam dan mendapatkan jabatan, pada hakikatnya ia sedang berjalan menuju penjara. Ia akan terpenjara dalam kerangkeng materiisme, dan kadang-kadang harus mendekam di balik teralis besi. Orang yang tidak komitmen terhadap Islam lalu mendapatkan amanah kekayaan pada hakikatnya sedang melangkah menuju "megahnya istana" perut bumi. Ia tidak sadar sebelum menziarahi perut bumi lapisan pertama. Sebuah kesadaran yang tidak menyisakan waktu untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Bersyukurlah kepada Allah yang telah mengambil amanah dari anda sebelum menjadi korban  Fir’aun dan Karun. Jika anda merasa kehilangan kesempatan untuk beribadah kepada Allah lewat jabatan, itu salah karena anda adalah pejabat publik yang jangkauannya lebih luas dan tanggung jawabnya lebih berat. Bila konsekwensi pengambilan jabatan itu pengurangan dan pengambilan fasilitas maka hadapilah dengan lapang dada sebab anda datang tanpa sehelai benang dan akan pergi dengan beberapa lapis kafan. Benang dan kafan bukan penentu beratnya timbangan amal anda. Anda hanya akan diantarkan oleh sahabat setia anda yaitu prestasi amal anda. Selamat berprestasi semoga anda bahagia. Wallahu a’lam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline