Lihat ke Halaman Asli

Syamsul Fajri

Mahasiswa

Literasi Digital dalam Perguruan Tinggi Islam

Diperbarui: 7 Oktober 2024   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi dan revolusi industri 4.0, literasi digital menjadi keterampilan yang sangat penting, termasuk di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam. Literasi digital bukan hanya sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga mencakup pemahaman kritis terhadap informasi yang diperoleh melalui media digital. Dalam konteks perguruan tinggi keagamaan Islam, literasi digital berperan krusial dalam membentuk mahasiswa yang mampu beradaptasi dengan cepat di tengah perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri dan nilai-nilai keagamaan.

Pertama-tama, literasi digital memungkinkan mahasiswa untuk mengakses sumber informasi yang beragam dan terpercaya. Dalam studi Islam, mahasiswa perlu memiliki kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi dari berbagai sumber. Dengan adanya internet, akses terhadap literatur, jurnal, dan penelitian terbaru dalam bidang keagamaan menjadi lebih mudah. Namun, tantangan muncul ketika mahasiswa dihadapkan pada informasi yang tidak valid atau berpotensi menyesatkan. Oleh karena itu, kemampuan kritis dalam memilah informasi sangat diperlukan.

Perguruan tinggi keagamaan Islam memiliki tanggung jawab untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan literasi digital. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum yang mencakup pelajaran tentang teknologi informasi, serta etika dan tanggung jawab dalam menggunakan media digital. Pelatihan dan workshop tentang literasi informasi juga perlu diselenggarakan, agar mahasiswa tidak hanya terampil dalam menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga memahami implikasi dari penggunaannya dalam konteks keagamaan dan sosial.

Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi keagamaan Islam juga dapat meningkatkan literasi digital. Misalnya, penerapan e-learning, diskusi daring, dan penggunaan platform digital untuk kolaborasi antar mahasiswa. Melalui metode pembelajaran ini, mahasiswa dapat lebih aktif terlibat dalam diskusi ilmiah dan berbagi pemikiran mereka, sekaligus mengasah kemampuan digital mereka.

Meskipun literasi digital memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi. Tidak semua mahasiswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi, terutama di daerah terpencil. Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu mencari solusi untuk mengatasi kesenjangan ini, seperti menyediakan fasilitas yang memadai dan program beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu. Selain itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi digital di kalangan dosen dan staf akademik juga sangat diperlukan.

Literasi digital merupakan aspek penting dalam pendidikan di perguruan tinggi keagamaan Islam. Dengan meningkatkan literasi digital, mahasiswa tidak hanya akan mampu menghadapi tantangan zaman, tetapi juga dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam mengembangkan keterampilan ini, melalui kurikulum yang relevan, pelatihan, dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Dengan demikian, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang tidak hanya cerdas dalam aspek teknologi, tetapi juga dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline