Lihat ke Halaman Asli

Syamsul Bahri

coretan seadanya berawal dari minum kopi.

Belajar Reaksi Cepat Hangzhou, Ibu Kota Provinsi Zhejiang Menghadapi Covid-19

Diperbarui: 31 Maret 2020   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hangzhou Olympic Sports Center (www.nbbj.com)

Secara administratif, China memiliki 33 wilayah setingkat provinsi, 333 wilayah setingkat prefektur, 2.862 wilayah setingkat kabupaten, 41.636 setingkat kecamatan dan desa yang jumlahnya sangat banyak.

Salah satunya adalah Provinsi Zhejiang yang ibukotanya Hangzhou. Kota yang berpenduduk 10,36 juta ini berjarak lebih dari 1.000 mil (1.609 km) jauhnya dari Wuhan, episentrum COVID-19.

Ketika Covid-19 mulai mewabah di Wuhan yang merupakan ibukota provinsi Hubei,maka Hangzhou bereaksi cepat sebelum kota tersebut memiliki kasus yang dikonfirmasi. Menerapkan berbagai tindakan pengendalian dan pencegahan sejak awal wabah.

Ada beberapa pembelajaran upaya pencegahan yang dilakukan seperti dilansir pada laman weforum.org, sebagai berikut :

Kecepatan dan ketepatan adalah kunci untuk identifikasi dan deteksi.

Hanya dalam waktu seminggu, China mengidentifikasi virus yang tidak diketahui. Kemudian mengurutkannya dan melaporkan informasi genetik ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebagai perbandingan, perlu beberapa bulan bagi SARS untuk diidentifikasi dan diurutkan pada tahun 2003, dan beberapa tahun dalam kasus HIV pada 1980-an.

Identifikasi urutan genetik virus sangat penting untuk mengembangkan vaksin dan perawatan terapeutik. Identifikasi cepat COVID-19 memungkinkan para ilmuwan di seluruh dunia untuk segera mulai mengembangkan alat tes, opsi perawatan dan vaksin.

Membuat keputusan yang tepat pada waktu yang tepat, tempat yang tepat, untuk orang yang tepat.

Manajemen risiko yang sistematis dan proaktif yang belum pernah terjadi sebelumnya, melalui kolaborasi antara pejabat pemerintah dan pakar kesehatan, telah terbukti efektif dalam mengendalikan COVID-19.

Rilis data klinis terkait penyakit kepada publik dan WHO membantu banyak orang di seluruh dunia mengantisipasi penyebaran. Misalnya, menganalisis lebih dari 40.000 kasus di Cina, kami mengetahui bahwa 80% pasien terinfeksi COVID-19 tidak akan memerlukan intervensi medis, sementara 20% akan membutuhkan perawatan dan perawatan medis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline