Lihat ke Halaman Asli

Catatan Seorang Musyafir “Menyikap sosok dan misteri ‘dua’ makam sunan bonang”

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya....Perjalanan darat (dari gerbang utama) yang sangat tidak melelahkan ini hampir mendekati garis finish. wow, Ku lihat Puluhan bahkan ratusan batu nisan hanya bisa diam terpaku menyapaku. (diam kok bisa menyapa ya.. hehehe) Perlahan, Ku lewati hamparan pemandangan yang 'katanya' seram ini dengan penuh hati-hati, takut kesandung nih... Namanya juga area pemakaman, ya banyak makamnya lah... meskipun dulu anggapan ku, yang di kebumikan disini hanya murid-murid dan orang terdekat Sunan Bonang saja... Ternyata...Anggapan ku "Salah Total"...

Komplek pemakaman Sunan Bonang ternyata tidak hanya untuk orang terdekat beliau saja.. malah mayoritas batu nisan yang kulihat tertulis tahun wafat di kisaran abad 20, dari sebelum kemerdekaan hingga ada yang tahun 2000 an... berarti ini pemakaman umum masyarakat sini... ohhh.... gitu ya..   Pantesann banyakk...

Puluhan Makam yang berada di sekitar Makam Utama

Makin dekat ku menuju pusat makam Sunan Bonang, makin jelas ku dengar ruih rendah gema tahlil peziarah.. "tok, tok, tok, tok, tok.... (bukan suara knalpot atau ketuk pintu lo ya... !!) hehehe.,, ternyata adalah Mbah Juru Kunci yang dengan sabarnya mengetuk kotak amal yang disediakan di depan makam...  dengan harapan ada uluran tangan baik hati yang bersedia berbagi rejeki..

Jadi ingat Hadist Rasullullah SAW, "Asshodaqotu Lida'fil Balak"  Shodaqoh itu menolak balak (marabahaya).. wuih Akupun tertantang untuk ikutan 'nyumbang', hehehehe... dengan senang hati kurogoh segala saku celana dan baju....Eaalah, ternyata muncul tulisan jepang di kepalaku 'SAKU RATA'  ... bener-bener gagal nemu sosok bernama 'lima ratus perak'

(Kayaknya memang bukan aku saja, hampir semua orang kalau ingin nyumbang kotak amal pasti di carikan uang yang palingggggg...... kecil, hehehehe... Giliran beli sesuatu yang di sukai, seberapa mahal pun pasti di bela'in) wkwkwkwk.. betul tidakk?????

Kalau urusan uang yang agak 'gede' sih ada... tapi, masa mau nyumbang yang nota bene harus "iklas" ini harus ternodai dengan minta kembalian (susuk).. hahahaha..... memalukannnn...

Lanjuutt...

Hmm... Para peziarah kulihat begitu khusuk menikmati 'Tahlil' nya, seakan mereka telah menghayati apa makna ziarah sesungguhnya....

Puluhan Peziarah yang silih berganti memadati Makam Utama. Terdapat batu nisan putih besar yang menjadi tempatku bersandar mau tidur.

ehem, jadi ingat diskusi panjangku dengan seorang teman yang dengan "tega"nya membid'ahkan bahkan mengharamkan ziarah, huh, udah kayak MUI aja yang dengan seenaknya menfatwakan sesuatu.. padahal pun tidak dilarang Rasulullah.. bahkan Rasullullah pun menyarankan ziarah agar kita senantiasa bisa mengingat kematian yang datang tiba-tiba.. Manfaat ziarah banyak sekali cuy... kenapa ada aja yang "sok" alim tiba-tiba mengharamkan ziarah... Bocah edann...

Wuihh... Peziarahnya Masih ramai nih, kapan sepinya ya..... aku  juga ingin  ikut-ikutan "khusuk" (lebih tepatnya memaksa 'khusuk') dengan Tahlilan sendirian... Okelah... Leyeh-leyeh dulu Ah.. bersandar di salah satu nisan putih besar yang membuatku 'ngantuk'.. udaranya cukup sejuk menambah nikmatnya bersantai (sambil membayangkan pantai, hehehe.. ngarep banget)... padahal udah tertulis jelas "Dilarang Bersandar Di Batu Nisan"... lagi-lagi ada  aja larangan yang ku langgar... hehehe.. nakal banget aku ini..

Okelah.. ku coba berbagi ilmu.. Membahas sosok Sunan Bonang sejauh yang ku ketahui...

Sosok Sunan Bonang

Banyak sumber yang mengatakan beliau putra dari Raden Rahmatullah Sunan Ampel Surabaya. Bernama Asli maulana Maqdum Ibrahim... hmm... Lantas kenapa di sebut Sunan Bonang??? Konon, Metode dakwah penyebaran agama islam beliau sangatlah unikk.. beliau seorang musisi lho... ciye.. musisi musik jawa.. alat musik yang sering beliau pakai untuk berdakwah adalah 'bonang' (teman-teman yang suka campursari pasti tahu alat musik bonang). Hingga di kenal sebagai Sunan Bonang..

Mengutip dari ceramah KH. Anwar Zahid dari Bojonegoro setahun silam, Sunan Bonang adalah salah satu wali dari sembilan wali masyur yang hafal Alqur'an, dan juga hafal kitab klasik timur tengah "Kitab Shohih Ibnu Hibban" yang tebalnya tak kalah dengan Alqur'an.. wuihh.. hebat banget... Namun yang menarik adalah... Sunan  Bonang tidaklah suka berkoar-koar mengumbar dalil - dalil dari Alqur'an dan Hadits. Beliau seorang yang bijak,  tahu keadaan masyarakat jawa kala itu sangatlah awam dan tak mengerti istilah arab.Bahkan mengucapkan bahasa arab pun kesulitan...

Contoh ,,,,,, :

Dholim jadi lalim... Ridho Jadi lilo... Khoirun jadi Kirun.. hahahahaha... Allaun-Allaun Jadi Alun-Alun... ... hmmm...

Maka dari itu Beliau berinisiatif untuk menterjemahkan dalil-dalil nasehat dari Alqur'an dan hadist dalam bentuk bahasa jawa yang di musikalisasikan.... kereennn bangettttzz... Justru karena itulah yang membuat dakwah beliau sukses besar dan terbukti lagu-lagu nasehat beliau bisa bertahan ratusan tahun di hati masyarakat jawa, bahkan masyarakat Indonesia. Banyak dari kita yang masih hafal syair lagu Sunan Bonang..

misal saja..

"Gundul-Gundul Pacul"

"Cublek-Cublek Suweng"

"Sluku-Sluku Gathok"

apa lagi ya.... Lupa aku... Walaupun lagu tersebut nyaris punah dan terabaikan oleh generasi sekarang... ckckckck... Eman'e...

TENTANG MISTERI 'DUA' MAKAM SUNAN BONANG

Sunan Bonang memang tak bisa lepas dari "Karomah"  yang luar biasa.. hingga mampu mengubah pohon aren menjadi emas (Lihat : Hikayat Sunan Kalijaga). Sunan Bonang perkirakan wafat sekitar tahun 1525 Masehi di Kawasan Pulau Bawean. Pulau terpencil ditengah laut Jawa ini menjadi saksi bisu betapa murid beliau berebut untuk mengebumikan beliau di daerah yang menurut mereka paling tepat.

Adalah murid dari Surabaya dan Madura yang paling ngotot untuk mengebumikan beliau disamping pusara ayahandanya Sunan Ampel di daerah Surabaya.. Namun Murid dari Bawean menolak dengan tegas, mereka beranggapan Jarak Pulau Bawean dengan Surabaya sangatlah jauh dan memakan waktu lama.. Perselisihan itu membuat murid beliau dari Surabaya geram.. Seakan tak terima,  Kain kafan Sunan Bonang pemberian Murid Bawean langsung dilapisi kembali oleh kafan dari surabaya..   hingga tampak cukup tebal.

Konon, Murid dari surabaya yang sakit hati dengan murid Bawean membuat mereka nekat memasang ilmu sirep, untuk menidurkan murid Bawean yang menjaga Jenazah beliau malam hari yang rencananya akan dikuburkan keesokan harinya. Akhirnya Jenazah dapat dicuri malam itu juga hingga di bawa berlayar ke arah Surabaya...

Namun, Atas Kekuasaan Allah.. Kapal yang membawa Jenazah sang wali tersebut tak bisa digerakkan ketika berada di perairan dekat pantai Tuban. Dan atas kesepakatan para murid dan masyarakat Tuban, Akhirnya beliau dimakamkan di daerah Tuban. Sekarang berada di belakang Masjid Jami' Kota Tuban.

Sungguh Luar biasa Kehendak Allah... Jenazah yang berada di Bawean yang dicuri murid Surabaya itu, ternyata masih utuh dan berada ditempat asalnya.  Dan Akhirnya juga dimakamkan di Salah satu daerah kawasan pulau itu. Apakah cerita tersebut benar?? Wallahu A'lam Bisshowab...

Logikanya... jika jenasah di Bawean itu sudah hilang?? Apa yang di kubur masyarakat bawean kala itu?? Pasti mereka pun tak akan mau mengubur sesuatu yang telah hilang tak berbekas.... Jadi Mana Makam yang benar??? Masyarakat Tuban mengklaim yang di Tuban paling benar, masyarakat bawean pun mengklaim hal yang sama.. Hingga sekarang tak ada yang mampu memastikannya..

Penulis pun berkeyakinan bahwa tak ada sesuatu yang tak mungkin kalau Allah sudah berkehendak, Bisa-bisa memang keduanya betul-betul makam Sunan Bonang meskipun yang banyak di Ziarahi adalah makam beliau yang di Tuban...

Yang jelas hingga sekarang, Dua Makam Sunan Bonang tersebut benar-benar masih ada  di kawasan  Tuban dan Bawean... Dua tempat yang terpisah jauh oleh hamparan luas laut Jawa....

Wallahu A'lam Bishowabb.... Baca Juga Ya... (^_^)

Syukur2 bisa ngunjunginya juga…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline