Lihat ke Halaman Asli

Kumpulan Cerpen: Remember Seattle

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1337056205205368936

Remember Seattle adalah kumpulan flash fiction yang ditulis selama penulis menetap di Washington State, Amerika Serikat. Tidak heran kalau kemudian cerita-cerita yang terdapat dalam buku ini banyak dipengaruhi oleh budaya, bahasa dan juga setting tempat di mana penulis berada saat itu. Dalam hal ini Seattle.

Tema cerita yang diangkat dalam buku ini sangatlah befariasi. Selain tentang cinta, pembaca dapat pula menemukan tema-tema lainya seperti tema tentang ketuhanan, agama, social life, gender, mimpi dan tentu saja tentang Indonesia.

Melalui cerita-cerita dalam buku ini, penulis mengajak pembaca untuk dapat berfikir tentang bagaimana pentingnya menghargai sesama. Terlepas apapun perbedaan yang kita miliki.

Seperti yang telah diniatkan sebelumnya, maka segala keuntungan dari buku ini nantinya akan disumbangkan untukcharity (kegiatan amal) dan membantu mereka yang membutuhkan.

"Itulah masalahnya. Kalian penganut agama terkadang seringkali mengingkari ilmu pengetahuan. Jelas-jelas teori Darwin dilakukan secara masuk akal dan terbukti. Akui saja kalau nenek moyang kita memang berasal dari kera." Ujarnya sengit. Wajah manisnya sedikit terlihat lebih keras. - Up in the Air – “But Sam, you need to know, tidak semua orang Yahudi setuju dengan apa yang terjadi di Palestina sana. Tidak semua orang Israel juga setuju dengan perang yang terjadi di sana. Aku contohnya.” Sam kembali berbicara. - Shalom – Baru setelah mengucapkan kata-kata itu, aku tiba tiba bertanya pada diri sendiri. Tuhan yang mana. Tuhan yang kuyakini atau Tuhan yang diyakini Jane. Ah, entahlah, namun kuyakin Tuhan pasti akan menolong kami. Apalagi satu hal aku pernah pelajari, Tuhan tak akan memberikan kita cobaan melebihi yang kita mampu. - Ketika Kita Saling Cinta Namun Berbeda Agama - “Sudahlah Sam, kamu terlalu banyak berteori. Namun tidakkah kau sadar, seribu teori tak akan ada apa-apanya dibanding sebuah aksi. Apa yang aku lakukan adalah sebuah aksi. Dan yang terpenting dari itu, aku bukan seorang pengecut yang hanya mampu mengumpat pemerintah dari belakang. Aku ada di depan sana Sam. Di depan aparat bersenjata lengkap lalu dengan lantangnya menyebut mereka sebagai drakula penghisap darah rakyat” - Antara Aku, Kamu dan Sumpah Pemuda – Dapat di check dan dibeli langsung di sini: http://www.leutikaprio.com/produk/11027/kumpulan_cerpen/1109253/remember_seattle/1104911/syamsul_arif_galib :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline