Lihat ke Halaman Asli

Di Jogja, Diskusi Buku Irshad Manji Akhirnya Berakhir Rusuh

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1336578995745019097

Penolakan terhadap Irshad Manji di Jogjakarta akhirnya berakhir anarkis. Massa yang entah dari mana, tiba tiba saja datang menerobos masuk ke dalam tempat berlangsungnya diskusi buku Irshad Manji, “Allah, Liberty and Love” yang bertempat di kantor LKis di Sorowajan Baru, Jogjakarta.

Massa yang datang bergerombol itu berteriak dengan lantang menyebut nama Tuhan. Lalu kemudian mulai memaksa para peserta diskusi untuk bubar. Makanan yang disajikan untuk peserta diskusi di tendang dan piringnya dipecahkan. Bukan hanya itu, massa juga mulai menghancurkan kaca-kaca rumah bahkan memukuli beberapa peserta termasuk peserta wanita. Teman saya, seorang wanita berkerudung mencoba menghalangi dan meminta orang yang memukuli itu beristigfar karena dalam ajaran agama dilarang untuk menyakiti wanita. Teman saya ini justru juga ikut mendapatkan tamparan.

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Irshad Manji lalu kemudian dibentengi oleh pagar hidup peserta.

Bagi saya, hal ini tentu saja menyedihkan, sangat tidak Indonesia dan sangat tidak Islami. Setahu saya Islam tidak mentolerir kekerasan. Juga termasuk kekerasan terhadap wanita. Sampai kapan ormas yang menamakan dirinya Islam bisa belajar bahwa secara tidak langsung mereka sesungguhnya mencoreng nama Islam.

Hal ini juga ironis, karena terjadi di Jogjakarta yang terkenal kota Pluralisme. Bahkan, pagi sebelumnya Sultan sendiri menjamin kebebasan berdialog di Jogjakarta.

Sebelumnya, beberapa saat sebelum kedatangan para perusuh, diskusi berlangsung lancar saja.Irshad memulai dengan mengatakan bahwa ada  banyak yang berubah sejak kedatangannya ke Indonesia 4 tahun yang lalu. Dia lalu sedikit menceritakan tentang apa yang dihadapinya dan apa yang disaksikannya di negara negara Muslim lainnya. Dia mengatakan bahwa, sesungguhnya ada ketakutan orang-orang untuk menyuarakan kata hatinya"

Dia sempat menyampaikan sebuah ayat al-Qur'an, yakni Surah Ali- Imran ayat 7. Dalam pandangannya, mengingat ayat-ayat al-Qur'an ada yang Muhkam dan Mutasyabih, maka terkadanag orang berbeda dalam mengartikan sesuatu dari al-Qur'an. Apa yang kita yakini mungkin salah, atau sebaliknya apa yang orang lain yakini mungkin salah. Dan kebenaran abadi itu hanyalah pada Tuhan. Bisa jadi pula, apa yang dimaksud Tuhan bukan yang kita yakini, dan bukan yang orang lain yakini. Kita tidak tahu. Sehingga, sebagai manusia kita harus rendah diri atas apa yang kita ketahui.

Salah seorang kemudian bertanya tentang Irshad yang tidak tahu bahasa Arab namun kemudian berani menulis tentang Islam. Sehingga baginya, buku Irshad tak lebih dari sebuah curhat semata. Sayangnya, sebelum pertanyaan ini dijawab, rombongan yang berteriak-teriak itu telah muncul dan mengacaukan semuanya.

Pagi sebelumnya, diskusi yang sudah dihadiri puluhan peserta juga gagal karena pihak kampus UGM membatalkan kegiatan ini atas alasan keamanan. Miris memang, melihat kebebasan mengungkapkan pendapat itu mulai terbatasi bahkan di sebuah kampus elit di Indonesia.

Sewaktu di kantor CRCS, Irshad bahkan ingin berdialog dengan para demonstran yang menolaknya. Namun melihat apa yang terjadi malam barusan, mungkin memang susah mengajak mereka berdialog. Yang ada hanya kemarahan.

Kenapa kita tidak pernah belajar menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Bukan dengan emosi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline