Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Kematian Seseorang Ditentukan Tuhan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua orang meyakini bahwa setiap yang bernyawa pasti mengalami kematian dan begitulah faktanya bahwa memang setiap yang bernyawa selalu mati. Lantas apakah kematian dan faktor-faktor yang melatar belakangi kejadiannya sudah ditentukan oleh tuhan dalam takdirnya?
Jika kita memaknai sebuah ajaran agama secara doktriner tanpa mengindahkan keinginan akal untuk mengetahui lebih jauh dan meninggalkan aspek-aspek pengalaman empiris maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa kematian sudah ditentukan tuhan baik bagaimana proses maupun kapan terjadinya tanpa ada keraguan karena itu adalah bagian dari keimanan, hal ini dilakukan oleh sebagian umat islam terutama di indonesia. Lantas kenapa demikian, apakah karena tidak mampunya akal untuk mengungkap perihal kematian? Hal ini merupakan dogma-dogma yang dipahami oleh para ulama terdahulu atas interpretasi mereka terhadap ayat dan realitas yang terjadi.
Umumnya, kematian dianggap sebagai proses pencabutan nyawa yang dilakukan oleh malaikat atas perintah tuhan karena ia sudah mencapai umur yang telah ditetapkan. Adapun umur adalah pemberian tuhan secara preogratif dan tidak bisa diganggu gugat. Bagaimana jika pemahaman akan kematian yang sudah menjadi kebenaran umum ini dibenturkan beberapa kejadian sebagai berikut ;
a. kelompok masyarakat yang hidup di daerah dengan tingkat polusi yang tinggi mempunyai umur rata-rata adalah 30 tahun dan kelompok masyarakat di china yang hidup di daerah pegunungan dengan pola hidup serba alami, menanam sayuran tanpa obat-obat perstisida, setiap hari mereka naik turun gunung untuk bertani dan mencari kayu hidup dengan rata-rata umur 150 tahun (berita ini didapat penulis dari salah satu media televisi)
b. kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang, bukankah bunuh diri itu dilakukan atas dasar keinginan pribadi, jika ia mengurungkan keinginannya unutk melakakukannya bukankah ia tidak akan mati? Jika kita menganggap bahwa tuhanlah yang menancapkan keinginannya untuk melakukan bunuh diri lantas pertanyaannya apakah tuhan mengintervensi begitu jauh keinginan manusia? Jika benar, berarti kita hanyalah wayang yang hanya melakukan sesuatu atas kehendak si dalang, lantas logiskah jika si dalang menyalahkan wayang jka wayang salah berperan? Tentu tidak logis.
Tentu masih banyak lagi kejadian-kejadian empiris yang menyanggah akan kebenaran bahwa tuhanlah yang menentukan sebab dan seberapa umur manusia. Hal ini juga bertentangan dengan landasan normatif yang lain (hadits) yang menyebutkan bahwa silaturahmi dan bersedekah bisa memperpanjang umur. Dalam setiap kontradiksi pasti ada kebenaran objektif. Dan kebenaran itu yang hendak kita ungkap bersama.
Islam sangat menghargai akal sebagai bagian anugerah tuhan yang harus disyukuri dengan cara bertafakur (berfikir) dan bertadabbur (mengambil hikmah dari setiap kejadian) Maka atas dasar perintah tuhan untuk memaksimalkan akal maka kita akan membahas apakah benar kematian ditentukan oleh tuhan.
Dalam zaman kemajuan sains yang sangat pesat ini kita mengetahui bahwa kematian seseorang adalah berhentinya fungsi jantung. Dan berhentinya fungsi jantung merupakan sebab terjadinya kematian disatu sisi dan menjadi akibat disisi lain, yakni ada faktor-faktor yang menyebabkan jantung kita tidak berfungsi seperti terputusnya urat nadi dan pendarahan yang luar biasa, atau akibat racun yang diminum oleh seseorang baik sengaja maupun tidak sengaja, bisa juga akibat penyakit yang diderita. Hal-hal yang disebutkan tadi sebagai penyebab berhentinya jantung ternyata juga merupakan dari akibat dari sebab-sebab yang melatarbelakanginya, selalu ada hukum sebab akibat dalam kehidpan kita dan proses kematian tidak bisa dilihat secara parsial sebagai kejadian yang independen dan berdiri sendiri, ia tidak bisa melepaskan diri dari rangkaian sistem hukum kehidupan yang berlaku. Bukan hanya dalam hal kematian, hampir semua proses kehidupan mengikuti hukum kausalitas ini, ada sebab kenapa kita lapar, lapar menjadi sebab kita makan, makan menjadi sebab kita kenyang dan kenyang menjadi sebab kita kuat. Dari setiap sebab yang kita tarik terus menerus, kita akan menemukan pangkal ats segala sesuatu yang ada yaitu ada dari ketiadaan yang disebut dengan penciptaan. Disinilah tuhan memainkan perannya, didunia ini tak ada satupun yang mampu menciptakan, manusia hanya mampu merekayasa, merubah, mengelola dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari satu enenrgi ke energi yang lain. Kita ambil satu contoh, manusia lahir, hidup dan ada. Keberadaan manusia disebabkan oleh bertemunya sperma seorang lelaki dengan sel telur si istri. Sperma ada disebabkan oleh makanan yang dimakan. Adanya Makanan disebabkan adanya pohon, pohon disebabkan benih, banih dari tanah, tanah terdiri dari komponen-komponen, komponen terdiri dari berbagai komponen sampai komponen terkecil yang disebut dengan atom, atom ada disebabkan adanya sub-sub atom, sub-sub atom disebabkan energi. Energi disebabkan oleh apa? Jika kita tidak menemukan jawaban maka dari titik inilah dimulai suatu penciptaan yakni dari tiada ke ada.
Kembali pada masalah kematian, dengan pendekatan rasional dan empiris kita memahami bahwa kematian dari segi proses dan waktunya ada faktor-faktor yang melatar belakanginya yang mana masing-masing dari semuanya berkaitan dan saling mempengaruhi dan semuanya merupakan aspek materialistik. Hal yang non materialistik adalah hukum sebab akibat yang berlaku dan mengatur jalannya sebab akibat. Jika ada hukum yang merangkai segala sesuatu tidak berdiri sendiri tentu ada yang dzat yang membuat sistem hukum yang dikenal dengan hukum kausalitas tersebut dan Dzat itu memproklamirkan diri dengan sebuatan Allah. Jadi allah menentukan hukum universal (keharusan universal) dan itu disebut dengan takdir atau ketentuan Allah. Allah menentapkan hal-hal yang sifatnya universal, bukan hal-hal kasuistik seperti proses kematian dan umur atau kapan kematian terjadi karena itu semua adalah rangkaian dari kebebasan individu dan hukum alam yang berlaku. Bukankah setiap orang mengalami kematian dan itu adalah hal yang empirik? Tentu saja karena itu adalah bagian dari hukum alam yang berbunyi setiap yang hidup pasti mati.
Pemahaman akan umur dan kematian seseorang ditentukan oleh allah sepenuhnya adalah berangkat atas pemahaman atas satu ayat dalam alquran (QS. Al-A’raf : 34) yang berbunyi “Likulli Ummatin Ajal, faidza ja’a ajaluhum fala yasta’khiruna saatan wala yastaqdimuun” yang artinya “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktunya (ajal) mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula mengundurkannya”. Ayat diatas dipahami bahwa apabila ajal seseorang sudah datang maka tidak bisa ditunda-tunda lagi dan selanjutnya menjadi sebuah dogma bahwa umur telah ditetapkan oleh tuhan. Secara cerdas Murtadha Muthahhari menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ‘umat’ dalam ayat diatas adalah ‘masyarakat’. Teori tentang masyarakat menurut Murtadha Muthahhari di dalam islam adalah masyarkat mempunyai jiwa sebagaimana individu, masyarakat mempunyai jiwa yang hidup dan juga mati. Teori ini digunakan untuk membahas eksistensi masyarakat dan membatah teori-teori sosial barat dan para pemikirnya seperti Emile Durkheim. Jadi ajal yang tidak bisa ditunda-tunda adalah ajal masyarakat, bukan individu dalam masyarakat. bukankah dengan pola hidup sehat kita bisa menunda kematian? dengan banyak silaturahmi pun juga berakibat panjangnya umur?
Islam sebagai ajaran universal dan telah mendapat pengesahan dari tuhan untuk dijadikan sebuah agama yang membawa kebaikan bagi seluruh alam tidak akan ada kontradiksi-kontradiksi di dalamnya, juga tidak akan kontradiksi dengan akal logika bahkan Allah sangat menganjurkan umat islam memaksimalkan akalnya dan mengharamkan mengkonsumsi apapun yang bisa merusak akal. Itulah indahnya islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline