Lihat ke Halaman Asli

Syamsuddin

Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Santri dan Moralitas di Jagat Maya: Refleksi atas Peran Santri di Era Millenial

Diperbarui: 22 Oktober 2024   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat Hari Santri Nasional 2024 ''Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan"

Hari ini (22/10/2024) kembali diperingati dan dirayakan sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Perayaan HSN ini  merupakan momentum penting untuk mengenang dan menghargai kontribusi pesantren dan santri bagi bangsa.  Teman HSN 2024, "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" menegaskan bahwa santri memiliki peran strategis dalam melanjutkan perjuangan bangsa di era modern. Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia tidak hanya mencetak generasi yang berakhlak mulia, tetapi juga berkontribusi besar dalam perjuangan membangun karakter bangsa.

Sejarah pesantren di Indonesia dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Sebagai institusi pendidikan Islam tertua, pesantren telah berkontribusi besar dalam perjuangan sejak pra-kemerdekaan sampai saat ini. Peran pesantren tidak terbatas pada ranah pendidikan agama saja, tetapi juga turut serta dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan perjuangan melawan penjajahan. Di era pra kemerdekaan  Pesantren menjadi pusat perlawanan intelektual dan spiritual, mencetak para ulama dan tokoh pergerakan yang aktif dalam proses kemerdekaan Indonesia. Di era pasca-kemerdekaan, pesantren terus bertransformasi mengikuti perkembangan zaman, namun tetap menjaga nilai-nilai tradisional yang menjadi landasan pendidikan santri. Peran strategis ini terus berlanjut hingga kini, di mana pesantren tidak hanya mencetak individu berakhlak mulia, tetapi juga pemimpin yang siap menghadapi tantangan global.

Sistem pendidikan di pesantren memiliki keunikan yang mencolok dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya, termasuk sekolah berasrama (boarding school). Pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menekankan pembinaan karakter dan adab secara menyeluruh. Metode tradisional seperti bandongan dan sorogan, yang menjadi ciri khas pesantren, dirancang untuk memastikan para santri tidak hanya memahami ilmu secara mendalam, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini kemudian menjadikan santri sebagai salah satu entitas yang mampu memberi kontribusi dan peran penting  dalam berbagai sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan di pesantren yang mengedepankan penguasaan ilmu agama, serta pembentukan karakter dan adab, menghasilkan individu-individu berintegritas, berakhlak mulia, dan memiliki daya juang tinggi. Para santri, dengan nilai-nilai luhur yang mereka bawa, mampu berperan aktif di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, santri sering menjadi penggerak dalam penyelesaian masalah sosial dengan pendekatan inklusif yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan. Di tingkat bangsa dan negara, banyak santri yang menempati posisi strategis sebagai pemimpin, pengambil kebijakan, dan aktivis yang memperjuangkan keadilan sosial. Dengan pendidikan yang menekankan moralitas dan etika, santri mampu menjaga keseimbangan antara tuntutan modernitas dan nilai-nilai tradisi yang mereka junjung. Hal ini menjadikan mereka agen perubahan yang tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

Di era milenial, santri dituntut untuk lebih adaptif dalam menghadapi perubahan zaman, termasuk menguasai teknologi dan informasi. Semangat "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" yang diangkat sebagai tema Hari Santri 2024 menegaskan pentingnya peran santri untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi di berbagai bidang, seperti teknologi, ekonomi, dan pendidikan. Santri masa kini tidak hanya bertugas menjaga tradisi dan nilai-nilai Islam yang diwariskan oleh generasi sebelumnya, tetapi juga harus mampu menjawab tantangan zaman dengan pemikiran progresif dan keterampilan yang relevan. Mereka diharapkan menjadi motor penggerak perubahan yang tetap berpijak pada prinsip-prinsip Islam, namun terbuka terhadap kemajuan dan perkembangan global. Dengan bekal ilmu agama yang kuat serta penguasaan teknologi modern, santri memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang tidak hanya di lingkungan pesantren, tetapi juga dalam skala nasional maupun internasional.

Salah satu perubahan yang diharapkan dapat dikontribusikan oleh santri di era millenial adalah  menjaga moralitas masyarakat di era post-truth dan kemajuan teknologi informasi. Hal ini sangat penting dan relevan, terutama dalam konteks peringatan Hari Santri Nasional (HSN). Santri memiliki tanggung jawab besar dalam menjadi penjaga nilai-nilai moral dan keagamaan yang mulai terancam oleh derasnya arus informasi yang tidak selalu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berikut beberapa peran penting santri dalam menjaga moralitas di era tersebut:


Menjadi Pendidik Moral di Masyarakat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline