Secara pribadi sebagai praktisi dakwah dan pendidik penulis menganggap kehadiran film religi patut diapresiasi. Terlepas dari pro kontra tinjaun hukum dari sisi fikih. Walau tidak seluruh isi dan alur cerita dalam film religi layak jadi tuntunan, tapi sebagai fungsi tontonan dan hiburan yang edukatif tidak bisa dinafikan.
Tulisan ini tentu tidak akan larut pada soal layak-tidaknya film religi (yang konon sebagiannya tidak religius) sebagai tuntunan. Namanya juga tontonan dan hiburan, tetap saja yang menonjol adalah aspek entertaint-nya.
Pada awal kemunculannya film religi umumnya diadaptasi dari novel, seperti Ketika Mas Gagah Pergi, Ayat-Ayat Cinta (AAC), Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Hafalan Sholat Dellisa, 99 Cahaya di Langit Eropa, Negeri Lima Menara, Jilbab Traveller, Assalamu Alaikum Beijing, Surga yang Tak Dirundukan, dan sebagainya.
Dari berbagai judul film relilgi yang diadaptasi dari novel ini penulis merekomendasikan 3 film yang patut ditonton oleh anak remaja.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Diantara Film religi yang menurut penulis patut ditonton anak-anak muda adalah ''Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk". Novel yang bergenre roman ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka). Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk sendiri termasuk novel ''jadul", namun baru diangkat ke film layar lebar tahun 2013. Rilis pertama kali pada 19 Desember 2013.
Film besutan sutradara Sunil Soraya ini dibintangi oleh para pemeran utama Pevita Pearce sebagai "Rangkayo" Hayati, Herjunot Ali sebagai Zainuddin, dan Reza Rahadian sebagai Aziz.
Walau bergenre roman, namun film berdurasi 120 menit sarat dengan nilai-nilai religius. Subtstansi cerita dan pesan moral yang tersirat dalam setiap adegan dan penggalan dialognya sangat berkarakter dan religus. Padahal novel yang menjadi asal skenario film itu ditulis pada masa dimana istilah novel islami dan film regiligi belum dikenal sama sekali. Tapi di sinilah kepaiawaian seorang Buya Hamka, penulis asli dari skenario film ini.
Lalu mengapa penulis merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh anak-anak muda zaman now?
Pertama, Film ini sarat dengan nilai-nilai karakter islami. Walau tak sama persis dengan jalan cerita dan karakter dalam novel asli, sebagaimana lazim terjadi dalam film adapatasi dari novel. Tapi layak jadi alternatif sumber dan media penanama karaker melalui tontonan yang mendidik dan menghibur sekaligus.
Kedua, Walau bergenre roman, film ini tetap mengajarkan bagaimana seharusnya batasan dan etika pergaulan muda-mudi non mahram dijaga.