Lihat ke Halaman Asli

M Syamsiro

Pemungut Sampah, Pemanen Energi

Pentingnya Pengelolaan Sampah Plastik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Yogyakarta

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419650651458203998

Sampah telah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat seiring dengan peningkatannya yang cukup drastis. Seiring dengan meningkatnya taraf ekonomi masyarakat, maka tak dapat dipungkiri akan terjadinya peningkatan produksi sampah baik dari rumah tangga maupun industri. Dengan begitu akan semakin banyak tumpukan sampah yang ada di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Kalau kita amati akan terlihat bagaimana gunungan sampah semakin tinggi di beberapa TPA di kota besar. Seperti halnya yang ada di TPA Piyungan Yogyakarta. TPA yang berlokasi di Bantul ini menampung sampah dari tiga kabupaten yang ada di propinsi DIY meliputi Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Dan saat ini TPA ini hanya bisa menampung sampah untuk beberapa tahun ke depan saja. Kalau ini tidak segera diatasi, maka hal ini akan menjadi bom waktu dan tentunya jadi permasalahan serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

[caption id="attachment_386394" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana di TPA Pyungan (sumber : http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/09/16/saatnya-memanen-energi-dari-sampah-487273.html )"][/caption]

Di TPA Piyungan sendiri, ada sekitar 300 ton sampah yang masuk per harinya. Dan menurut penelitian BPPT, ada hampir 10% dari kandungan sampah yang ada adalah berjenis sampah plastik. Jadi bisa dibayangkan, ada sekitar hampir 30 ton sampah plastik yang dibuang di TPA Piyungan perharinya. Menurut data tahun 2011, Indonesia mengkonsumsi plastik sekitar 10 kg plastik per kapita per tahun. Kalau anggaplah penduduk Indonesia 250 juta jiwa, makan akan ada 2,5 juta ton sampah plastik untuk seluruh wilayah Indonesia. Memang kita harus akui ada peran para pemulung yang mengambil sampah plastik sehingga dapat sedikit mengurangi keberadaan sampah plastik. Karena kita tahu bahwa sampah plastik ini sangat sulit terurai di dalam tanah, dibutuhkan waktu ratusan tahun untuk mengurainya, sehingga mau tidak mau sampah plastik ini harus didaur ulang. Namun seperti bisa kita lihat sendiri, bahwa masih banyak sekali sampah plastik yang tidak diambil oleh para pemulung karena mungkin tidak punya nilai ekonomis bagi mereka atau tidak laku dijual. Karena yang selama ini mereka lakukan adalah mendaur ulangnya menjadi produk plastik lagi dengan kualiatas yang tentunya lebih rendah atau bisa dikategorikan sebagai “material recycling”. Dengan demikian harus ada alternatif pengolahan sampah plastik ini yang bisa menampung semua jenis plastik yang ada.

[caption id="attachment_386395" align="aligncenter" width="300" caption="Jurnal Riset Daerah Bantul"]

1419650759838498562

[/caption]

Demikianlah yang terungkap dari diskusi pada acara Seminar Jurnal Riset Daerah yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Penulis yang mempresentasikan makalahnya dengan judul “Pengolahan Sampah Plastik dari TPA Piyungan menjadi Bahan Bakar Minyak” menerima berbagai pertanyaan terkait sampah plastik ini. Acara yang dihadiri oleh para stakeholder dari beberapa Dinas terkait di Kabupaten Bantul, para Camat serta beberapa kelompok bank sampah cukup mendapat antusiasme dari para peserta yang hadir. Pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) ini di Indonesia masih relatif baru. Namun di beberapa negara maju, seperti Jepang, pengolahan sampah plastik jadi BBM ini sudah sampai pada skala industri. Teknologi yang digunakan pada proses ini adalah pirolisis dimana sampah plastik dipanaskan pada suhu tinggi untuk kemudian didinginkan kembali untuk mendapatkan minyaknya. Untuk mendapatkan BBM dengan kualitas yang baik, beberapa parameter proses harus dikontrol seperti suhu, waktu, dan juga penambahan katalis. Penggunaan teknologi ini salah satunya sedang dikembangkan oleh Center for Waste Management & Bioenergy, Universitas Janabadra Yogyakarta. Pusat studi yang baru dibentuk ini fokus pada pengolahan sampah menjadi energi atau yang dikenal dengan “Waste to Energy”. Berbagai teknologi dikembangkan untuk mengubah sampah menjadi energi seperti pirolisis, gasifikasi, hydrothermal treatment dan pembakaran.

[caption id="attachment_386396" align="aligncenter" width="300" caption="Pemaparan makalah oleh penulis (Foto : syamsiro)"]

14196509041064336800

[/caption]

Dalam sesi diskusi juga diungkap tentang kemungkinan pengembangan model pendampingan bagi kelompok atau pengelola bank sampah melalui program kuliah kerja nyata (KKN). Sehingga diharapkan ada transfer ilmu dari perguruan tinggi ke masyarakat. Dalam seminar ini juga dipresentasikan beberapa makalah yang lain seperti tentang transformasi kepemimpinan oleh Bapak Arifin Hartanto dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bantul serta beberapa pemakalah lainnya. Acara yang rutin dilakukan oleh BAPPEDA Bantul ini diharapkan bisa mendapatkan solusi dari berbagai permasalahan yang ada untuk kemajuan dan percepatan pembangunan di wilayah Bantul.

[caption id="attachment_386397" align="aligncenter" width="300" caption="Para peserta Seminar Jurnal Riset Daerah (Foto : syamsiro)"]

1419650981650697507

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline